Sabtu, 08 Juni 2013

Aku Akan Membopongmu Sampai Kita Tua





~*~  Aku Akan Membopongmu Sampai Kita Tua  ~*~




Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku
Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yang cuma berkamar satu

Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil
Jadi kubopong ia memasuki rumah kami

Ia kelihatan malu-malu
Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia
Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu


Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening
Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang

Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut
Ia adalah pegawai sipil
Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan
Anak kami sedang belajar di luar negeri
Perkawinan kami kelihatan bahagia
Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka
Ketika seseorang bernama Dew hadir dalam kehidupanku


Waktu itu adalah hari yang cerah
Aku berdiri di balkon dengan Dew yang sedang merangkulku
Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya

Ini adalah apartemen yang kubelikan untuknya
Dew berkata,
“kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis”

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku
Ketika kami baru menikah, istriku pernah berkata,
“Pria sepertimu, begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis”

Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu
Aku tahu kalau aku telah menghianati istriku
Tapi aku tidak sanggup menghentikannya

Aku melepaskan tangan Dew dan berkata,
“kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor”

Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya
Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin

Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku
Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka

Sejujurnya ia adalah seorang istri yang baik
Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam
Aku duduk santai didepan TV

Makan malam segera tersedia
Lalu kami akan menonton TV sama-sama
Atau aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dew
Ini adalah hiburan bagiku


Suatu hari aku berbicara dalam guyon,
“seandainya kita bercerai, apa yang akan kau lakukan?”

Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara
Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh dari dirinya
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius

Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku
Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengannya

Dia kelihatan sedikit curiga
Dia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku
Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya
Sekali lagi, Dew berkata padaku,
”Ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama”

Aku mengangguk
Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi
Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, aku memegang tangannya
“Ada sesuatu yang harus kukatakan”

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara
Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya

Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa
Tapi ia tahu kalau aku terus berpikir

“Aku ingin bercerai”
Ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang

Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku,
Tapi ia bertanya secara lembut

”kenapa?”


“Aku serius”
Aku menghindari pertanyaannya


Jawaban ini membuat ia sangat marah
Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku

“Kamu bukan laki-laki!”




Pada malam itu, kami sekali saling membisu
Ia sedang menangis

Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami
Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dew

Dengan perasaan yang amat bersalah, aku menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku
Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian

Aku merasakan sakit dalam hati
Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku
Tapi aku tidak bisa menarik kembali apa yang telah kuucapkan


Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya
Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku

Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi
Pada larut malam, aku kembali ke rumah setelah menemui klienku

Aku melihat ia sedang menulis sesuatu
Karena capek aku segera ketiduran
Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis

Aku tertidur kembali
Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya

Ia tidak menginginkan apapun dariku
Tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya
Dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya

Alasannya sangat sederhana :
Anak kami akan segera menyelesaikan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi
Dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami


Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya

”Apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku
Aku mengangguk dan mengiyakan

“Kamu membopongku dilenganmu”
katanya

“jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu”

Aku menerima dengan senyum
Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis


Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku
Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya

“Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini”

ia mencemooh Kata- katanya membuatku merasa tidak enak
Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu

Kami saling menganggap orang asing
Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama
Kami kelihatan salah tingkah

Anak kami menepuk punggung kami
”Wah, papa membopong mama, mesra sekali”

Kata-katanya membuatku merasa sakit
Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan dirinya dalam lenganku

Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut
”mari kita mulai hari ini, jangan memberitahukan pada anak kita”


Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang
Aku melepaskan ia di pintu
Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor


Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah
Ia merebah di dadaku, Kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi di bajunya

Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini
Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi
Beberapa kerut tampak di wajahnya

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku
“kebun diluar sedang dibongkar. Hati-hati kalau kamu lewat sana”

Hari keempat, ketika aku membangunkannya
Aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku
Bayangan Dew menjadi samar

Pada hari kelima dan keenam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal
Seperti dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika
Aku harus hati-hati saat memasak, dll
Aku mengangguk

Perasaan kedekatan terasasemakin erat
Aku tidak memberitahu Dew tentang hal ini

Aku merasa begitu ringan membopongnya
Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat
Aku berkata padanya,
“kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang”

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar
Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok
Lalu ia melihat
“semua pakaianku kebesaran”

Aku tersenyum
Tapi tiba-tiba aku menyadarinya, sebab ia semakin kurus
itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat

Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati
Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit
Tanpa sadar ku sentuh kepalanya

Anak kami masuk pada saat tersebut
“Pa, sudah waktunya membopong mama keluar”

Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting
Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat

Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir
Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras

Tangannya memegangku secara lembut dan alami
Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami
Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih

Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah dengan berat
Anak kami telah kembali ke sekolah

Ia berkata,
“sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua”

Aku memeluknya dengan kuat dan berkata
“antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra”

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya
Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah
Aku menaiki tangga

Dew membuka pintu
Aku berkata padanya
” Maaf Dew, aku tidak ingin bercerai. Aku serius”

Ia melihat kepadaku, kaget
Ia menyentuh dahik
“Kamu tidak demam”

Kutepiskan tanganya dari dahiku
“Maaf Dew, aku cuma bisa bilang maaf padamu, aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu”


Dew tiba-tiba seperti tersadar
Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak
Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor

Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga
Ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku
Penjualnya bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?

Aku tersenyum dan menulis
“Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua"


oOo


Banyak diantara kita yang memiliki pengharapan mendapatkan cinta sejati dari pasangan
Cinta yang tidak akan pudar, tidak lekang oleh waktu
Namun ternyata banyak juga diantara kita yang salah memperlakukan cinta itu

Cinta bisa abadi dan penuh toleransi jika sudah melebur dan berubah menjadi cinta tulus dan ikhlas
Cinta ini akan selalu menghargai keberadaan pasangan, tanpa memberikan syarat apapun


Cinta yang penuh toleransi, penuh pengertian, bahkan penuh maaf atas apa yang terjadi pada pasangan kita

Kita akan mampu berkata,
Walau kamu menyakiti saya, tetapi saya tetap menyayangimu

Moral Cerita:
Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan
Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan untuk kita



***
Referensi :
Rabu, 30 Januari 2008
http://duniamanusia.blogspot.com/2008/01/whwn-you-divorce-me-carry-me-out-in.html
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar