Minggu, 02 Juni 2013

Kisah Anak Yang Mencoret Mobil Ayahnya





-=*  Kisah Anak Mencoret Mobil Ayahnya  *=-


Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja
Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia 3,5 tahun

Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan diatas buaian yang dibeli ayahnya, lalu memetik bunga dan yang lainnya



Suatu hari dia melihat sebatang paku karat
Sang gadis kecil pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan

Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya
Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas
Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja, karena ingin menghindari macet
Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan, maka ia beralih ke sebelah kiri mobil
Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya

Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah


Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya

Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit

“Kerjaan siapa ini…!!!”
Teriak sang ayah

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar
Dia juga beristighfar
Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya

Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan
“Saya tidak tahu…tuan”
Jawab si bibi

“Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?”
hardik si isteri lagi


Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya
Dengan penuh manja dia berkata
“Dita yang buat gambar itu ayahhh… cantik…kan!”
katanya sambil memeluk ayahnya, bermanja seperti biasa


Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya

Si anak yang tak mengerti apa-apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan

Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja
Seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan pada sang anak

Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa…
Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya

Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak yangg luka-luka hingga berdarah

Pembantu rumah memandikan anak kecil itu
Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis

Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air
Lalu si pembantu rumah menidurkannya
Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah


***


Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak
Pembantu rumah mengadu ke majikannya

“Oleskan obat saja!”
jawab bapak si anak


Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu dikamar pembantu
Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya


***


Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya, sementara si ibu juga begitu
Meski setiap hari bertanya kepada pembant rumah

“Dita demam, Bu”
jawab pembantunya ringkas


“Kasih minum panadol aja ”
jawab si ibu


Sebelum si ibu masuk kamar tidur, dia menjenguk kamar pembantunya
Saat dilihat anaknya, Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya


***


Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas

“Sore nanti kita bawa ke klinik..
Pukul 5.00 sudah siap”
kata majikannya itu

Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik
Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius


Setelah beberapa hari di rawat inap, dokter memanggil bapak dan ibu anak itu

“Tidak ada pilihan…”
kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah terinfeksi akut


“Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah”
kata dokter itu


Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu
Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan lagi

Si ibu meraung merangkul si anak
Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan

Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan
Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih

Ditatapnya muka ayah dan ibunya
Kemudian ke wajah pembantu rumah

Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis
Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata

“Ayah… ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi… Dita ga mau lagi ayah pukul… Dita ga mau jahat lagi…
Dita sayang ayah… sayang ibu”
katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya

“Dita juga sayang Mbok Narti…”
katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris

“Ayah… kembaliin tangan Dita, Untuk apa diambil…
Dita janji ga akan mengulanginya lagi!
Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?
Bagaimana Dita mau main nanti?
Dita janji ga akan nyoret-nyoret mobil lagi,”
katanya berulang-ulang

Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya
Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya

Nasi sudah jadi bubur
Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti, mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…


***


Tahun demi tahun kedua orangtua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran batin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi

Namun… si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar, bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya…


***
Anak adalah harta yang tak ternilai
Keluarga adalah satu dari banyaknya keagungan karya alam

Dan anak adalah bagian dari Anugerah-Nya
Kehidupan, cinta dan canda tawa, sebuah hadiah yang takkan ternilai bagi anak-anak kita

Jangan jadikan amarah sebagai luapan hasil akhir pada sang anak
Jangan dibutakan hawa nafsu karna itu akan menutup akal pemikiran kita


Berpikirlah dengan bijak dan tenang
Marah berawal dari kebodohan dan berakhir dengan penyesalan
Jagalah amarahmu sahabatku



Sucikan hati …
Sucikan pemikiran …
Sucikan jalan kehidupan …


Bersihkan hati dari iri dengki
Salinglah maaf memaafkan terhadap sesama


Semoga dg Ramadhan yang semakin dekat ini,
Diri dan hati kita menjadi lebih fitrah

Semoga Allah mempertemukan kita semua dengan bulan yang mulia ini,
Melarutkan kita dalam kelezatan beribadah
Dan bermunajat kepada-Nya, menangisi dosa dan kesalahan kita


Ya Allah Ya Rabbi
Pertemukanlah kami dengannya
Ramadhan-Mu
Bulan pernah berkah, hikmah dan ampunan-Mu


Aamiin yaa rabbal àlamin



***
Sumber :
Dikutip dari milis EMBA, dan debritto

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar