Selasa, 26 Februari 2013

Akibat Broken Home, Berujung Seks Bebas







-=*  Akibat Broken Home, Seks Bebas  *=-




Sebut saja namanya Saras (16), siswi SMA swasta di Surabaya yang terjerumus pelacuran

“Semua berawal ketika ibu saya meninggal dan ayah saya menikah lagi
Sejak saat itu, saya jarang mendapatkan perhatian dari ayah dan hampir tidak pernah mendapatkan uang jajan”
katanya


Sarah yang waktu itu masih SMP memutuskan ikut kakek neneknya
Tanpa bimbingan langsung dari orangtua, pergaulan Sarah tak terkontrol
Mulailah dia berkenalan dengan rokok, minuman keras, bahkan obat-obatan terlarang

“Saya kenal teman-teman yang nakal itu pas SMP”
ungkapnya


Permasalahan lebih pelik dia hadapi waktu duduk di bangku SMA
Sarah merasa kasihan melihat kakek-neneknya yang tak memiliki uang untuk membiayai sekolahnya

“Kondisi itulah yang akhirnya mendorong saya jatuh ke pergaulan bebas,
Saya dikenalkan oleh teman kepada pria hidung belang untuk mendapatkan uang
Sekolah juga saya tinggalkan”
Katanya



Cerita lain dituturkan Anggi (nama samaran, 17th) yang saat diwawancarai sedang hamil 7 bulan
Lagi-lagi, masalah rumah tangga yang memicunya lari ke pergaulan bebas


Kisah kelamnya berawal dari perceraian ayah dan ibunya yang sudah sama-sama memiliki calon pasangan baru

“Saya sempat ikut ayah, tetapi selalu bertengkar dengan ibu tiri
Akhirnya, saya pergi ke tempat ibu kandung”
ujarnya


Di sana, ia mendapatkan perlakuan sama dari ayah tiri
Akhirnya, Anggi memutuskan tidak ikut siapa-siapa

Dia menerima tawaran kerja salah seorang temannya disebuah warung, di Lamongan

“Saya pikir kerja di warung cuma bikin minum dan menyiapkan makanan
Tapi, ternyata tidak”
akunya


Dia malah dikenalkan pada dunia malam oleh teman-temannya
Dari situ dia mulai merokok, minum miras, narkoba, dan pergaulan bebas

“Awalnya, saya kaget, sering menangis dan ingin pulang
Tetapi, teman saya terus mempengaruhi
Akhirnya, saya terjerumus ke dunia malam itu”
ungkapnya


Ketika disinggung masalah kehamilannya, dia mengaku siap punya anak meski khawatir kesulitan untuk merawat

“Nanti saya tunjukkan ke ibu saya, Kalau tidak mau merawat, saya ingin ada orang yang mau mengadopsi anak saya ini”
tuturnya


Kisah Angel (bukan nama sebenarnya) tak kalah mengejutkan
Dia mengaku mengenal narkoba sejak kelas IV SD

“Saat SD, saya memang sudah berteman dg anak-anak SMA”
ucap perempuan yang sekarang duduk di bangku SMA kelas X itu


Segala polemik hidup Angel sejatinya berawal dari lingkungan keluarga yang sangat tidak kondusif
Dia mengenal hubungan intim justru dari ulah kakak kandungnya
Orang tuanya pun memberikan label nakal terhadap Angel dan mengirimnya ke sebuah panti asuhan di Porong

“Saya tidak betah dan sempat pulang ke rumah”
katanya


Sesampai di rumah, orangtuanya memberikan pilihan sekolah atau bekerja
Kalau pilih sekolah, dia hanya diberi uang Rp 3 juta untuk seluruh biaya sampai lulus

“Akhirnya, dengan terpaksa, saya memilih bekerja diperusahaan mebel”
katanya


Kepada semua anak seusianya, Angel berpesan agar tidak menyia-nyiakan segala bentuk perhatian yang diberikan orangtua,
Meski sangat sedikit

Dia mengatakan, di luar sangat banyak anak yang hidup sendiri tanpa bantuan oranglain

“Saya tahu betul, banyak sekali anak yang sudah benar-benar kehilangan kasih sayang,
Itu sangat berbahaya”
ujarnya


Kisah-kisah pilu diatas bukan fiksi, melainkan nyata,
Ada di tengah-tengah kita
Mereka adalah anak-anak korban trafficking yang sedang ditangani oleh Yayasan Hot Line Surabaya dan Yayasan Hot Line Pendidikan Jawa Timur (Jawa Pos, 11/2/2012)


Masih banyak cerita pilu dikalangan anak-anak seperti mereka yang tidak terekspose
Ya, dunia anak saat ini begitu dekatnya dengan perzinahan, seks bebas dan bahkan pelacuran


Pertanyaannya, ada apa dengan para orangtua?
Ke mana saja mereka?
Korban Broken-Home Bila dicermati, mayoritas anak-anak diatas berasal dari keluarga broken home

Broken home, yakni kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orangtua disebabkan beberapa hal
Bisa karena perceraian, sehingga anak hanya tinggal bersama satu orangtua kandung
Bahkan akibat perceraian, banyak anak yang dititipkan ke kakek-neneknya, karena orangtua tunggalnya sibuk bekerja

Broken home bisa juga terjadi pada anak yang meski orangtuanya tidak cerai, tapi terlalu sibuk
Mereka abai terhadap kebutuhan kasih sayang anak-anaknya
Terlebih di zaman teknologi saat ini, kerap menjadi alasan bagi orangtua untuk merasa tenang dan nyaman berjauhan lama dari anaknya
Padahal anak butuh kontak fisik, lebih dari sekadar suara orangtuanya
Apalagi bagi anak usia dini, ketersediaan orangtua di sisinya sangat penting


Broken home juga terjadi pada kondisi rumah yang seperti neraka, dimana orangtua kerap bertengkar di depan anak-anak
Ini karena orangtua tidak dewasa dalam bersikap, tanpa memikirkan dampak bagi anak-anak mereka
Akibat brokenhome, fungsi keluarga tidak berjalan ideal
Diantaranya :

* Pertama, fungsi afeksi atau kasih sayang
Karena tidak mendapatkan limpahan kasih sayang, anak-anak mencari perhatian di luar rumah
Entah dari sahabat, pacar atau bahkan lelaki hidung belang

* Kedua, fungsi rekreasi
Keluarga idealnya tempat menyenangkan bagi anak, dimana ia merasakan rindu dengan hangatannya
Keluarga harusnya menentramkan, membuat rileks dan gembira
Namun, broken home menyebabkan anak tidak betah di rumah, bahkan tempat yang paling dibenci
Akibatnya ia lari ke dunia luar yang ia anggap lebih peduli

* Ketiga, fungsi edukatif

Orangtua semestinya menjadi pendidik dan teladan bagi anak-anaknya
Broken home justru menciptakan ketidakpercayaan anak pada orangtua
Bahkan anak menjadi trauma dengan institusi pernikahan
Tentu saja, tidak berfungsinya keluarga diatas berdampak buruk bagi perkembangan anak



Dalam ilmu kejiwaan dikatakan, seorang broken home akan mengalami

> Pertama, broken heart
Yakni kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia-sia dan mengecewakan
Kecenderungan ini membentuk si anak menjadi orang yang krisis kasih dan biasanya lari kepada hal-hal yang bersifat seksual,
Karena menganggap hanya seks yang memberi kepuasan dan kebahagiaan
Misalnya terjerumus seks bebas, homoseks, lesbian, jadi simpanan, tertarik dengan isteri atau suami orang, dll

> Kedua, broken relation
Yakni anak merasa bahwa tidak ada orang yang perlu dihargai,
Tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani
Kecenderungan ini membentuk si anak menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal-ugalan, cari perhatian, kasar, egois dan tidak mendengar nasihat oranglain
Ia cenderung “semau gue”

> Ketiga, broken values,
Yakni si anak kehilangan “nilai kehidupan” yang benar
Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang “menyenangkan” dan yang “tidak menyenangkan”
Apa saja yang menyenangkan dilakukan dan sebaliknya
Kondisi ini tak bisa terus-menerus dibiarkan

Anak-anak adalah para calon pemimpin di masa depan
Apa jadinya jika sejak kecil kurang kasih sayang sehingga tidak termotivasi untuk berprestasi
Walhasil, generasi mendatang bisa lebih buruk dari generasi orangtua mereka

Ujian Keluarga Harus diakui, fakta buruk pada anak broken home adalah dampak dari egoisme orangtua
Walaupun tidak bisa disalahkan 100 % karena ada andil si anak juga
Namun orangtua memang harus berkaca
Seperti fenomena yang terjadi belakangan ini, dimana orangtua dengan mudahnya memutuskan tali perceraian tanpa memikirkan dampaknya bagi si anak
Padahal, semestinya orangtua berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan rumah tangga

Janganlah begitu mudah mengucap kata talak, hanya karena sedikit rasa jenuh dengan pasangan,
Sebab ketika menikah lagi, Si anak bukannya bahagia,
Malah terasing di rumahnya sendiri dengan ayah atau ibu tiri

Termasuk ketika menghadapi ujian dan cobaan
Janganlah orangtua bertengkar habis-habisan di depan anak-anak
Selain itu, orangtua masa kini, kadang juga terlalu sibuk dengan urusan mereka,
Hingga mereka lupa bahwa mereka memiliki anak yang wajib diperhatikan
Lalu kadang mereka juga menganggap bahwa anak tidak perlu tahu masalah orangtua
Padahal adakalanya anak harus diajak bicara agar meras berharga

Orangtua hendaknya menciptakan situasi rumah yang hangat, menentramkan dan menyenangkan bagi anak-anak
Jadikan semboyan “Baiti jannati - rumahku surgaku” benar-benar nyata di benak anak
Keluarga seperti ini hanya bisa dibangun dengan pondasi Islam


Saat keluarga mendapat cobaan dan ujian,
Apakah masalah ekonomi, kenakalan anak, kejenuhan dalam pernikahan dan lain-lain,
selalu disandarkan kepada Allah SWT


Ia yakin dengan firman Allah SWT:
“Fainna ma’al usri yusro, inna ma’al usri yusro”
Artinya:
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Qs. Al Insyrah : 5-6)


Mereka juga menyandarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah:
“Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha; laha makasabat wa’alaiha maktasabat”
Artinya :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dg kesanggupannya, Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”
(Qs. Al Baqarah : 286)


Karena itu, agar tidak terjerumus menjadi broken home, orangtua hendaknya memperbaharui lagi tujuan pernikahan itu sendiri,
Mereview kembali apa fungsi pernikahan, visi dan misinya dalam mengarahkan keluarga dan mendidik anak

Hanya dengan mengembalikan fungsi keluarga pada posisinya, anak-anak terhindar dari broken home

Selanjutnya, tidak akan ada lagi kisah-kisah pilu korban traficking atau seks bebas seperti yang dialami Sarah dan teman-temannya diatas


Semoga bermanfaat



***
Referensi :
Selasa | 17 Januari 12
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar