Minggu, 10 Februari 2013

Pesan Dari Mimpi




~*~   Pesan Dari Mimpi   ~*~




ﺑِــــﺴْﻢِ ﭐﻟﻠَّـــﻪِ ﭐﻟـﺮَّﺣْـﻤٰـﻦِ ﭐﻟﺮَّﺣِﻴــــﻢِ




“Kanda… baru saja aku mimpi aneh…”
Kata istriku yang tiba-tiba terbangun ditengah malam


“Mimpi apa?”
tanyaku kemudian


“Aku didatangi oleh seorang kyai, tapi tak jelas bagaimana rupanya
Dia berpakaian putih-putih dengan sorban di lehernya
Dalam mimpiku, Dia mengatakan, kalau kamu ingin anakmu sehat
Maka suruh suamimu puasa 7 hari penuh…
Kira-kira apa maksudnya ya Kanda?”


“Ah… mimpi itu ‘kan bunganya tidur…
Dinda mungkin yang belum baca doa sebelum tidur…”
jawabku sekenanya


Kemudian istriku melirik jam digital disebelah tempat tidur kami
Jam sudah menunjukkan pukul 02.45 dini hari


Biasanya kalau sudah terbangun
Dia sangat sulit untuk tidur kembali


Kulanjutkan tidurku karena memang aku baru saja tidur dua jam


Entah setelah itu apa yang dilakukan istriku
Aku tak tahu karena kemudian aku tertidur pulas kembali




**z@g**



Pernikahanku berjalan kira-kira hampir 2 tahun
Dan istriku kini tengah hamil 7 bulan


Kondisi yang amat sulit karena memang istriku masih kuliah
Sementara aku tak ada pekerjaan tetap


Meskipun kami akan dikarunia anak, kemesraan dengan istriku tak pernah pudar
Dari awal menikah sampai sekarang, kami selalu saling memanggil dengan sebutan…
“Kanda-Dinda”


Memang dulu aku bertekad untuk menikah muda
Tanpa pacaran, hanya ta’aruf


Proses begitu cepat dan memang itu yang aku inginkan
Pacarannya setelah menikah


Mungkin karena sama-sama berjiwa muda
pernikahan kami penuh dengan dinamika


Kadang kami bertengkar hanya masalah sepele
Tapi tak berlangsung lama
Sebentar saja sudah baikan kembali

Istriku orang yang sangat tidak betah untuk bertengkar
Sehingga kalau bertengkar kami segera berbaikan
Itu saran ibuku padanya, dulu ketika kami baru saja menikah


Suatu ketika sakit maag istriku kambuh
Aku tahu penyebab kambuhnya istriku
Karena kami sama sekali tak punya uang
Jadi istriku hanya menahan lapar hingga maagnya kambuh


Kami makan sehari satu kali saja
Dalam kondisi panik seperti ini, aku melakukan sholat hajat, memohon pada Allah,
Apa yang harus aku lakukan???


Tiba-tiba saja ada tetangga sebelah rumah datang memberi oleh-oleh
Karena baru saja rekreasi ke Bali bersama teman sekantornya

Tanpa basa-basi lagi aku curhat padanya tentang sakit istriku
Tetangga itu bilang disuruh minum air rebusan daun sirsak


Mungkin ini jawaban dari Allah
Segera aku mencari daun sirsak, merebusnya dan meminta istriku untuk segera meminumnya


Setelah meminum ramuan itu beberapa kali
Alhamdulillah sakit maag istriku tak pernah kambuh lagi


Aku harus memutar otak lebih keras
Bagaimana caranya untuk mendapatkan uang dalam waktu dekat menjelang kelahiran anakku yang pertama ini

Keahlianku hanya menulis
Beberapa cerpen yang kukirim ke media massa belum ada jawabannya


2 Naskah novel yang kubuat belum satupun selesai aku tulis
Ingin sekali aku menjerit menerima keadaan ini
Tapi aku tahan dengan menyumpal mulutku sendiri pakai kain sarung
Takut kalau dilihat istriku

Pasti dia akan menyelutuk
“Kanda ini… Kayak orang nggak punya Allah aja”


Aku bangga padanya
Terus terang, istriku adalah muallaf


Dia masuk islam 3 bulan sebelum menikah denganku
Pengetahuan agamanya memang minim
jika dibandingkan dengan aku


Sering aku mengingatkan agar shalat malam dan puasa sunnah
Jujur aja, aku merasa lebih baik dalam hal ini dibandingkan istriku


Seperti juga malam sebelumnya, istriku bermimpi lagi
Mimpi yang sama dengan malam kemarin


Lelaki tua dengan menggunakan sorban dan berpesan agar aku menjalani puasa selama 7 hari penuh


Tujuannya juga sama
Untuk kesiapan calon jabang bayi kami yang akan lahir beberapa minggu lagi
Aku hanya menggangguk-angguk saja ketika mendengar celoteh istriku tentang mimpinya


Dalam benakku berpikir, kalau memang pesan itu buatku
Kenapa Allah tidak langsung memberikan mimpi itu padaku
Kenapa harus lewat istriku?




**z@g**




Aneh!
Keesokan malamnya istriku bermimpi lagi
Mimpi yang sama persis

Laki-laki tua itu mengulang kembali perintahnya untukku
“Kanda… Apa kanda nggak merasa aneh dengan mimpi yang dinda alami ini?”
tanya istriku setelah menceritakan kembali mimpinya pagi itu


“Aneh bagaimana maksud Dinda?”


“Kenapa sampai 3 kali aku bermimpi yang sama
Bukankah ini suatu hal yang aneh?
Bahkan mimpi yang semalam itu seperti ada ancamannya,
Pak kiyai mengatakan,
″Ini peringatan terakhir untuk suamimu agar calon anakmu yang ada dalam kandungan bisa selamat″
Lebih baik kanda jalankan aja puasa 7 hari itu
Apa salahnya sih?”



“Tidak!”
jawabku sambil sedikit gemetar mendengar penuturan istriku



Sepertinya pesan ini agak serius
Kalau seandainya Allah main-main
Kenapa sampai berkali-kali disampaikan pada istriku


Allah tak mungkin main-main
Aku berfikir kembali
Apa salahnya puasa?
Toh, puasa juga bisa menyehatkan?


Setelah istriku mengatakan tentang mimpinya itu
Seketika itu pula aku niatkan untuk berpuasa 7 hari sesuai dengan permintaan


Aku takut, ini benar-benar perintah Allah dan akan terjadi sesuatu terhadap bayi pertamaku
Aku tak ingin hal-hal buruk terjadi pada istri dan bayiku



***



Alhamdullillah, 7 hari sudah aku melewati puasaku dengan penuh
Tapi meskipun aku melakukannya, sebenarnya dalam hati aku kurang bisa menerima perintah itu


Bayangkan saja, dibandingkan dengan istriku yang muallaf
Aku jauh lebih agamis …
Jauh lebih alim …
Jauh lebih banyak berzdikir dan beribadah

Tapi kenapa perintah itu melalui istriku?
Bukan langsung kepadaku

Aku ingin sekali protes, tapi pada siapa?
Dalam kebingungan ini, aku ingin berbagi kisahku ini dengan sahabatku

Kukayuh sepeda onthel ku
Satu-satunya alat transportasi yang kupunya
Menuju ke rumah sahabatku dulu ketika kami sama-sama nyantri di pesantren


Kepadanya aku curhatkan perihal mimpi istriku
“Apa kamu pernah menghina istrimu?”
tanya sahabatku, Ical namanya


“Ah… yang bener aja Cal… Tak mungkinlah aku lakukan itu”


“Bukan menghina… mungkin kata-kataku kurang tepat
Ehhmm…. Mungkin lebih mengarah ke arah meremehkan atau melecehkannya
Entah mungkin kepribadiannya, atau mungkin ibadahnya…”


“Mungkin juga ya… Selama ini memang aku agak meremehkan istriku yang berhubungan dengan ibadahnya…”
jelasku kemudian


“Kenapa kamu lakukan itu?”
tanya Ical lagi


“Ia malas melaksanakan ibadah sunnah
Dia bukan dari pesantren dan dia memang muallaf”


“Itulah salahmu!”
Dengan tegas Ical menyalahkanku


“Kok aku yang disalahin?”
jawabku tak mau mengalah


“Menilai seseorang tidak bisa hanya dinilai dari sekedar ibadah formalnya saja
Dan aku yakin, mimpi itu sebenarnya adalah teguran keras dari Allah buatmu”
Tandas Ical



“Maksudmu? Aku sama sekali tak mengerti?”


“Teguran itu agar kamu tidak merasa sombong lagi dengan merasa sudah melakukan ibadah-ibadah yang sudah engkau lakukan
Bisa jadi istrimu lebih baik dibandingkan denganmu dihadapan Allah
Segera kau minta maaf padanya, sebelum semuanya terlambat”



“Terlambat?
Apa maksudmu?”
tanyaku semakin heran


“Apa kamu yakin, setelah ini kamu masih hidup?
Bagaimana kalau saat ini Allah mencabut nyawamu dan kamu belum sempat meminta maaf
Bukan aku mau mengusirmu
Tapi, segera pulang dan minta maaf ke istrimu karena tuduhan-tuduhanmu itu”
Jelas Ical



Kemudian menutup perbincangan kami


Saat itu aku merasa lemas, tertunduk malu, menyesal,
Ingin menangis, semua bercampur aduk jadi satu
Aku merasa bodoh, hina, sombong dan kotor


Tak terasa, air mataku meleleh mengingat akan semua yang terjadi
Rasanya air mata ini, jauh dari cukup untuk menghapus dosa kesombonganku


Segera kukayuh sepedaku pulang ke rumah kontrakan
Kulihat istriku sedang membaca sebuah buku tentang kehamilan
Aku langsung mendekat padanya, mencium keningnya
Dan kemudian mengelus-ngelus perutnya yang kian membuncit


“Apa yang anak kita lakukan didalam sini ya Dinda?”
tanyaku sambil menempelkan telingaku pada perutnya


“Bisa jadi dia sedang main bola didalam perutku, Lihat saja…
Kakinya nendang…”
jawab istriku sambil mengelus-ngelus rambutku


Tiba-tiba aku teringat sahabatku Ical
“Dinda… maafkan Kanda ya?”


Istriku memandangku dengan alisnya yang menumpuk ke tengah dahi


“Emang Kanda salah apa sama Dinda? Kok minta maaf?”


“Ah… tak ada apa-apa, Kanda hanya merasa selama ini punya salah dengan Dinda”
Aku tak berani lagi berbicara banyak dengannya


Tak kujelaskan tentang pembicaraanku dengan sahabatku
Entah, bagaimana hal ini mulai muncul?
Istriku semakin hari ibadahnya semakin baik dibandingkan aku

Dalam kondisi hamil tua-pun, dia sempatkan puasa senin-kamis
Sholat malam tak pernah bolong
Bahkan, selesai sholat
Kuat sekali dia berdzikir
Dan ketika saatnya tiba, anakku lahir dengan selamat


Betapa bahagianya aku
Dia lebih mirip istriku

Meskipun hidup kami pas-pasan
Istriku tak pernah mengeluh
Justru akulah yang kadang menggerutu sendiri


Ya Allah…
Belum cukupkah hukuman-Mu atas kesombonganku?
Ampuni hamba Ya Robb….
Segalanya milik-Mu
Dan hanya akan kembali pada-Mu




Ingatlah … Bahwa Sesungguhnya Hanyalah ALLAH SWT yang mampu meninggikan derajat  umat-Nya
Semoga bermanfaat



***
Referensi :
Senin | 08 Februari 2010
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar