~*~ Pesan Dari
Mimpi ~*~
ﺑِــــﺴْﻢِ
ﭐﻟﻠَّـــﻪِ ﭐﻟـﺮَّﺣْـﻤٰـﻦِ ﭐﻟﺮَّﺣِﻴــــﻢِ
“Kanda… baru saja aku
mimpi aneh…”
Kata istriku yang tiba-tiba terbangun ditengah malam
“Mimpi apa?”
tanyaku kemudian
“Aku didatangi oleh
seorang kyai, tapi tak jelas bagaimana rupanya
Dia berpakaian
putih-putih dengan sorban di lehernya
Dalam mimpiku, Dia
mengatakan, kalau kamu ingin anakmu sehat
Maka suruh suamimu
puasa 7 hari penuh…
Kira-kira apa
maksudnya ya Kanda?”
“Ah… mimpi itu ‘kan
bunganya tidur…
Dinda mungkin yang
belum baca doa sebelum tidur…”
jawabku sekenanya
Kemudian istriku melirik jam digital disebelah tempat tidur
kami
Jam sudah menunjukkan pukul 02.45 dini hari
Biasanya kalau sudah terbangun
Dia sangat sulit untuk tidur kembali
Kulanjutkan tidurku karena memang aku baru saja tidur dua
jam
Entah setelah itu apa yang dilakukan istriku
Aku tak tahu karena kemudian aku tertidur pulas kembali
**z@g**
Pernikahanku berjalan kira-kira hampir 2 tahun
Dan istriku kini tengah hamil 7 bulan
Kondisi yang amat sulit karena memang istriku masih kuliah
Sementara aku tak ada pekerjaan tetap
Meskipun kami akan dikarunia anak, kemesraan dengan istriku
tak pernah pudar
Dari awal menikah sampai sekarang, kami selalu saling
memanggil dengan sebutan…
“Kanda-Dinda”
Memang dulu aku bertekad untuk menikah muda
Tanpa pacaran, hanya ta’aruf
Proses begitu cepat dan memang itu yang aku inginkan
Pacarannya setelah menikah
Mungkin karena sama-sama berjiwa muda
pernikahan kami penuh dengan dinamika
Kadang kami bertengkar hanya masalah sepele
Tapi tak berlangsung lama
Sebentar saja sudah baikan kembali
Istriku orang yang sangat tidak betah untuk bertengkar
Sehingga kalau bertengkar kami segera berbaikan
Itu saran ibuku padanya, dulu ketika kami baru saja menikah
Suatu ketika sakit maag istriku kambuh
Aku tahu penyebab kambuhnya istriku
Karena kami sama sekali tak punya uang
Jadi istriku hanya menahan lapar hingga maagnya kambuh
Kami makan sehari satu kali saja
Dalam kondisi panik seperti ini, aku melakukan sholat hajat,
memohon pada Allah,
Apa yang harus aku lakukan???
Tiba-tiba saja ada tetangga sebelah rumah datang memberi
oleh-oleh
Karena baru saja rekreasi ke Bali bersama teman sekantornya
Tanpa basa-basi lagi aku curhat padanya tentang sakit
istriku
Tetangga itu bilang disuruh minum air rebusan daun sirsak
Mungkin ini jawaban dari Allah
Segera aku mencari daun sirsak, merebusnya dan meminta
istriku untuk segera meminumnya
Setelah meminum ramuan itu beberapa kali
Alhamdulillah sakit maag istriku tak pernah kambuh lagi
Aku harus memutar otak lebih keras
Bagaimana caranya untuk mendapatkan uang dalam waktu dekat
menjelang kelahiran anakku yang pertama ini
Keahlianku hanya menulis
Beberapa cerpen yang kukirim ke media massa belum ada jawabannya
2 Naskah novel yang kubuat belum satupun selesai aku tulis
Ingin sekali aku menjerit menerima keadaan ini
Tapi aku tahan dengan menyumpal mulutku sendiri pakai kain
sarung
Takut kalau dilihat istriku
Pasti dia akan menyelutuk
“Kanda ini… Kayak orang
nggak punya Allah aja”
Aku bangga padanya
Terus terang, istriku adalah muallaf
Dia masuk islam 3 bulan sebelum menikah denganku
Pengetahuan agamanya memang minim
jika dibandingkan dengan aku
Sering aku mengingatkan agar shalat malam dan puasa sunnah
Jujur aja, aku merasa lebih baik dalam hal ini dibandingkan
istriku
Seperti juga malam sebelumnya, istriku bermimpi lagi
Mimpi yang sama dengan malam kemarin
Lelaki tua dengan menggunakan sorban dan berpesan agar aku
menjalani puasa selama 7 hari penuh
Tujuannya juga sama
Untuk kesiapan calon jabang bayi kami yang akan lahir
beberapa minggu lagi
Aku hanya menggangguk-angguk saja ketika mendengar celoteh
istriku tentang mimpinya
Dalam benakku berpikir, kalau memang pesan itu buatku
Kenapa Allah tidak langsung memberikan mimpi itu padaku
Kenapa harus lewat istriku?
**z@g**
Aneh!
Keesokan malamnya istriku bermimpi lagi
Mimpi yang sama persis
Laki-laki tua itu mengulang kembali perintahnya untukku
“Kanda… Apa kanda
nggak merasa aneh dengan mimpi yang dinda alami ini?”
tanya istriku setelah menceritakan kembali mimpinya pagi itu
“Aneh bagaimana maksud
Dinda?”
“Kenapa sampai 3 kali
aku bermimpi yang sama
Bukankah ini suatu hal
yang aneh?
Bahkan mimpi yang
semalam itu seperti ada ancamannya,
Pak kiyai mengatakan,
″Ini peringatan terakhir untuk suamimu agar calon anakmu yang ada dalam
kandungan bisa selamat″
Lebih baik kanda
jalankan aja puasa 7 hari itu
Apa salahnya sih?”
“Tidak!”
jawabku sambil sedikit gemetar mendengar penuturan istriku
Sepertinya pesan ini agak serius
Kalau seandainya Allah main-main
Kenapa sampai berkali-kali disampaikan pada istriku
Allah tak mungkin main-main
Aku berfikir kembali
Apa salahnya puasa?
Toh, puasa juga bisa menyehatkan?
Setelah istriku mengatakan tentang mimpinya itu
Seketika itu pula aku niatkan untuk berpuasa 7 hari sesuai
dengan permintaan
Aku takut, ini benar-benar perintah Allah dan akan terjadi
sesuatu terhadap bayi pertamaku
Aku tak ingin hal-hal buruk terjadi pada istri dan bayiku
***
Alhamdullillah, 7 hari sudah aku melewati puasaku dengan
penuh
Tapi meskipun aku melakukannya, sebenarnya dalam hati aku
kurang bisa menerima perintah itu
Bayangkan saja, dibandingkan dengan istriku yang muallaf
Aku jauh lebih agamis …
Jauh lebih alim …
Jauh lebih banyak berzdikir dan beribadah
Tapi kenapa perintah itu melalui istriku?
Bukan langsung kepadaku
Aku ingin sekali protes, tapi pada siapa?
Dalam kebingungan ini, aku ingin berbagi kisahku ini dengan
sahabatku
Kukayuh sepeda onthel ku
Satu-satunya alat transportasi yang kupunya
Menuju ke rumah sahabatku dulu ketika kami sama-sama nyantri
di pesantren
Kepadanya aku curhatkan perihal mimpi istriku
“Apa kamu pernah
menghina istrimu?”
tanya sahabatku, Ical namanya
“Ah… yang bener aja
Cal… Tak mungkinlah aku lakukan itu”
“Bukan menghina…
mungkin kata-kataku kurang tepat
Ehhmm…. Mungkin lebih
mengarah ke arah meremehkan atau melecehkannya
Entah mungkin
kepribadiannya, atau mungkin ibadahnya…”
“Mungkin juga ya…
Selama ini memang aku agak meremehkan istriku yang berhubungan dengan
ibadahnya…”
jelasku kemudian
“Kenapa kamu lakukan
itu?”
tanya Ical lagi
“Ia malas melaksanakan
ibadah sunnah
Dia bukan dari
pesantren dan dia memang muallaf”
“Itulah salahmu!”
Dengan tegas Ical menyalahkanku
“Kok aku yang
disalahin?”
jawabku tak mau mengalah
“Menilai seseorang
tidak bisa hanya dinilai dari sekedar ibadah formalnya saja
Dan aku yakin, mimpi
itu sebenarnya adalah teguran keras dari Allah buatmu”
Tandas Ical
“Maksudmu? Aku sama
sekali tak mengerti?”
“Teguran itu agar kamu
tidak merasa sombong lagi dengan merasa sudah melakukan ibadah-ibadah yang
sudah engkau lakukan
Bisa jadi istrimu lebih baik dibandingkan denganmu dihadapan Allah
Segera kau minta maaf
padanya, sebelum semuanya terlambat”
“Terlambat?
Apa maksudmu?”
tanyaku semakin heran
“Apa kamu yakin,
setelah ini kamu masih hidup?
Bagaimana kalau saat
ini Allah mencabut nyawamu dan kamu belum sempat meminta maaf
Bukan aku mau
mengusirmu
Tapi, segera pulang
dan minta maaf ke istrimu karena tuduhan-tuduhanmu itu”
Jelas Ical
Kemudian menutup perbincangan kami
Saat itu aku merasa lemas, tertunduk malu, menyesal,
Ingin menangis, semua bercampur aduk jadi satu
Aku merasa bodoh, hina, sombong dan kotor
Tak terasa, air mataku meleleh mengingat akan semua yang
terjadi
Rasanya air mata ini, jauh dari cukup untuk menghapus dosa
kesombonganku
Segera kukayuh sepedaku pulang ke rumah kontrakan
Kulihat istriku sedang membaca sebuah buku tentang kehamilan
Aku langsung mendekat padanya, mencium keningnya
Dan kemudian mengelus-ngelus perutnya yang kian membuncit
“Apa yang anak kita
lakukan didalam sini ya Dinda?”
tanyaku sambil menempelkan telingaku pada perutnya
“Bisa jadi dia sedang
main bola didalam perutku, Lihat saja…
Kakinya nendang…”
jawab istriku sambil mengelus-ngelus rambutku
Tiba-tiba aku teringat sahabatku Ical
“Dinda… maafkan Kanda
ya?”
Istriku memandangku dengan alisnya yang menumpuk ke tengah
dahi
“Emang Kanda salah apa
sama Dinda? Kok minta maaf?”
“Ah… tak ada apa-apa, Kanda
hanya merasa selama ini punya salah dengan Dinda”
Aku tak berani lagi berbicara banyak dengannya
Tak kujelaskan tentang pembicaraanku dengan sahabatku
Entah, bagaimana hal ini mulai muncul?
Istriku semakin hari ibadahnya semakin baik dibandingkan aku
Dalam kondisi hamil tua-pun, dia sempatkan puasa senin-kamis
Sholat malam tak pernah bolong
Bahkan, selesai sholat
Kuat sekali dia berdzikir
Dan ketika saatnya tiba, anakku lahir dengan selamat
Betapa bahagianya aku
Dia lebih mirip istriku
Meskipun hidup kami pas-pasan
Istriku tak pernah mengeluh
Justru akulah yang kadang menggerutu sendiri
Ya Allah…
Belum cukupkah hukuman-Mu atas kesombonganku?
Ampuni hamba Ya Robb….
Segalanya milik-Mu
Dan hanya akan kembali pada-Mu
Ingatlah … Bahwa
Sesungguhnya Hanyalah ALLAH SWT yang mampu meninggikan derajat umat-Nya
Semoga bermanfaat
***
Referensi :
Senin | 08 Februari 2010
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar