Senin, 29 April 2013

Aku Ingin Tidur Bersama Ibu





¤¤¤|* Aku Ingin Tidur Bersama Ibu *|¤¤¤



"Bu... Aku pengen tidur bareng ibu !"



Tersentak hati Bu Dina mendengar permintaan anaknya

Anak laki-lakinya ingin ditiduri
ingin diberi kehangatan darinya...
Kehangatan seorang wanita
Kehangatan ... hmm !


Sebagai seorang wanita yang cantik
Dina memiliki hampir segala yang diimpikan kaum wanita

Keindahan *(maaf) tubuhnya menyebabkan ia sering disebut wanita terseksi dikantornya


Dina, seorang wanita karir di salah satu perusahaan swasta besar di Ibukota,
Termasuk wanita yang cerdas


Ditunjang pendidikan yang merupakan alumni Pasca Sarjana Komunikasi Universitas ternama


Loyalitas terhadap perusahaan tidak diragukan lagi
Sehingga menjadikan dirinya sebagai salah satu MASKOT pegawai diperusahaannya


Tak heran bila karirnya bagai RISING STAR



Belum 10 tahun bekerja, dia sudah menduduki jabatan penting
Setingkat Department Head (Kepala Bagian)


"ah... paling dengan keseksiannya"
kata mereka yang tidak suka






***





Saat itu di rumahnya


"Ibu mau kemana...?"

tanya Fitri, Puteri bungsunya


"Ibu mau berangkat ke kantor nak..."
jawab Dina, sambil merapihkan pakaiannya



"Kok masih gelap bu... bareng ayah gak bu ?"
tanya Fitri lagi dengan bahasa anak yang agak cadel



"Ayah khan belum pulang nak, Masih di Bandung"
jawab dina tanpa memalingkan wajah dari cermin hiasnya



Jam masih menunjukkan pkl 04.25 pagi

Hari masih gelap

Anak-anaknya masih terlelap, kecuali Fitri yang terbangun karena mendengar suara peralatan rias ibunya



"Aku tidak boleh terlambat... Aku harus tiba sebelum Bos dan Klienku datang"
Pikir Dina dalam hati



"Bu, aku masih mau tidur..."
kata Fitri


"Iyya nak..."
Dina mencium kening anak puteri satu-satunya itu



Dengan penuh kasih sayang, dipeluknya erat sambil berkata pelan

"Nanti sekolah sama si Mbok ya... sarapan disekolah juga gak apa-apa kok, Ibu harus berangkat pagi-pagi"



"Ah, Ibu... kemarin sudah pegi pagi, kemarinnya lagi pagi, sekarang pagi lagi"
keluh Fitri dengan menggeleng-gelengkan kepalanya


"Fitri, Ibu bekerja juga untuk Fitri, Untuk sekolah Fitri dan Adit... untuk membelikan Fitri rumah-rumahan dan masak-masakan"
jawab Dina pelan


"Tapi Ibu selalu pulang malam, Fitri gak pernah tidur bareng Ibu,
Makan sama si Mbok... sekolah juga sama si Mbok..."
keluh Fitri lagi sambil menggulingkan tubuhnya



"Huh... Fitri selalu membuat aku marah, Fitri sering memperlambat jalanku ke kantor"
keluhnya sambil mengusap keringat didahinya



"Ah sudah pkl 04.45, aku bisa terlambat..."



Dina mempercepat langkahnya


Sampai diteras rumah keraguan muncul dihatinya



Dia belum sempat bicara dengan Adit, anak sulungnya


"Ah dia khan sudah 7 tahun, Sudah lebih besar
Dia pasti ngerti lah"





***




Presentasi mengenai pengembangan perusahaan, khususnya bidang komunikasi, kemitraan dan pemasaran yang dipaparkan Dina memdapatkan sambutan luar biasa dari Stake Holder (Pemegang Saham, Komisaris, Jajaran Direksi dan Mitra Kerja)


"Dina selamat ya... tidak sia-sia kami menempatkan kamu sebagai Dept Head Promosi dan Kemitraan..."
kata seorang Direksi sambil menjabat erat tangan Dina



Jabatan tangan yang terasa "lain"

Terasa ada getaran "hangat" yang menjalar melalui jari-jari terus hingga pangkal tangan, dan meluncur deras dihati



Jantung berdegup kencang, entah perasaan apa itu !



"Dina, kerja kamu luar biasa... Masih muda, cantik, jenius... tak salah jika Perusahaan memberimu posisi tersebut"
kata seorang Komisaris



"Terima kasih Pak... Terima kasih semua, berkat bantuan dan bimbingan Bapak..."
balas Dina


"Berapa usiamu sekarang ?
Adakah 40 ?"
tanya Komisaris itu lagi



Dina tersipu malu...
Rona merah kembali menghiasi wajahnya...


"Saya baru 34, Pak"
jawab Dina sambil tertunduk malu



"Wow, Surprise... kita memiliki calon direksi termuda,
Cantik, jenius dan ber-visi
semoga kamu sukses ya..."
Lanjut mereka menyanjungnya





***





Minggu, pukul 04.00 Dina terbangun,
Dina mulai menyiapkan diri

Mandi pagi dan sedikit bersolek...
Tampil agak cantik dan ....

"hmmmm... seksi dikit rasanya tidak apa-apa
Toh akan bersantai bersama orang-orang penting, penguasa kantor,
Apalagi bila... bila ada yang tertarik padaku"
pikirnya


"Aah pikiran ngelantur"
pikirnya lagi



"Ibuuuu...Tolong tiduri aku Bu !"
seru Adit sambil berjalan pelan dan membawa bantal guling yang sarung entah kemana


"Adiiit...?"
tanyanya heran


"Adiit..."seru Dina kembali


Heran, tidak biasanya Adit bangun pagi dan pindah ke kamarnya



"Ibuuu, tolong tiduri aku bu... Semalam aku gak bisa tidur, kepikiran Ayah...
Aku ingin main bareng Ayah..."



"Adit, Hari ini Ibu masuk kantor... Ibu akan bertemu Bos di kantor"
jawab Dina



"Ibuuu, tolong tiduri aku...
Aku ngantuk ... pengen tidur bareng Ibu"
pinta Adit



Kemudian merebahkan kepalanya di pangkuan Dina, Ibundanya



Dina terdiam,
Hatinya semakin membuncah...

Perasaan malas memenuhi undangan Direksi kembali muncul...
Tapi motivasi untuk memperlihatkan loyalitas demikian tinggi
Dus, dia sudah berdandan seksi



Diusap-usap perlahan kepala Adit

Rambutnya yang sedikit ikal bergelombang mirip seperti rambutnya


Bentuk wajahnya yang agak oval dan halus merujuk pada ayahnya


"ahhh... aku jadi ingat Mas Darman,
Wajah Adit mirip ayahnya...
Semalam dia memberi kabar kalau Meeting di bandung diperpanjang karena banyak Klien baru yang ikut datang"
bathin Dina dalam hati


Seketika ia merasa bersalah dengan suaminya



"Adiiit, Ibu harus pergi sayang... Ibu harus masuk kantor..."



"Tapi buu..."
Adit tidak bisa meneruskan kalimatnya, karena Dina mengangkat kakinya perlahan, sehingga kepala Adit berpindah ke bagian pinggir tempat tidur



"Mas Darman pasti akan silau bila melihat aku sekarang,
Pasti akan memujiku Cantiiik...hehehe,
Sayang dandananku saat ini untuk orang lain..."



"Huk..huk..huk.."
Suara batuk kecil beriak keluar dari mulut Adit




"Adiit, kamu batuk,
Jajan apa kamu kemarin?"
tanya Dina sambil terus memainkan penghalus bedak dipipinya



"Huk..huk..huk.."
Suara itu kembali terdengar



"Mboookkk... tolong ambilkan air putih hangat,
Adit batuk nih"
Teriak Dina dari dalam kamarnya



Tepat pukul 05.00,
Dina meluncur menuju Kafe Padang Golf




***





Tidak ada lagi perasaan canggung
Malu dan minder bercengkerama dengan jajaran Direksi



"Penuhi jiwa ini dengan satu rindu, rindu untuk mendapatkan rahmat-Mu,
Meski tak layak ku harap debu Cinta-MU..."

Ringtone HP Dina berbunyi...


"Maaf Pak,,,,,"
Dina tak sanggup meneruskan kata-katanya untuk meminta ijin mengangkat Hpnya


Silakan..silakan.. ini suasana santai kok"
jawab salah seorang Direksi


"Permisi Pak..."
Pinta Dina


"Meski begitu ku akan bersimpuh,
Penuhi jiwa ini dengan satu rindu,
Rindu untuk mendapatkan rahmat-Mu"
Ringtone itu terus berbunyi



Ditempat yang agak jauh dari kerumunan orang, Dina mengangkat Hp-nya


"Hallo..."
sapanya



"Bu, kamu ada dimana sekarang...?"
Tanya suara disana dengan lembut



"Sedang bersama Direksi dan komisaris di kantor...Yahas"
jawab Dina


Ohhh, ternyata dari mas Darman, suaminya


"Loch emangnya masuk?"
tanya Mas Darman lagi




"Iya Yah..."
Jawab Dina



"Kapan pulangnya, Adit sakit di rumah kata si Mbok"
lanjut Suaminya



"Nanti siang... atau mungkin juga sore"
jawab lagi Dina



"Yaa sudah, biar Ayah saja yang pulang segera"





***





Pkl 15.30 Dina kembali kerumahnya

Tiba di ujung jalan pemukiman
Dina melihat banyak orang berduyun menuju satu rumah dengan membawa nampan, rantang dan gelas-gelas kecil



"Ada apa ini...??"
tanya Dina dalam hati



Ada bendera kuning terikat di atas tiang listrik, tepi jalan


"Ohh ada yang meninggal..."


Dina mempercepat langkahnya

Ia juga ingin melayat

Ia tak ingin juga tertinggal dalam urusan sosial di lingkungannya



Tak berapa lama, Dina tersentak


Kakinya kaku tak bisa digerakkan


Dia melihat banyak orang berkerumun dipekarangan rumahnya


Kebanyakan ibu-ibu dan wanita yang mengenakan pakaian berwarna gelap dan berkerudung


Bapak-bapak ada di ruang tengah


"ohh, apakah... apakah..."


"Tidaaaakkkkkkkkk..."


Dina mencoba untuk berlari

Namun kakinya semakin sulit bergerak

Air mata Dina deras mengalir
ketika ia melihat seorang bapak berpeci hitam dan berpakaian muslim putih sedang melantunkan ayat-ayat Al Quràn


Dari suaranya tersendat terlihat jelas bahwa Bapak itu menahan tangis


Kadang sesegukan sesekali menghambat laju bacaan Qurànnya



"Mas Darman... Ayahhhhhh"
seru Dina setengah berteriak



"Ayah siapa yang meninggal Yah..?"
tanya Dina kepada Bapak yang sedang mengaji tadi



"Ayah.. siapa yah..?"
tanyanya lagi Bapak tadi tidak menjawab



Telunjuk jarinya mengisyaratkan bahwa Dina bisa membuka kain kafan yang belum tertutup


Dengan sedikit merangkak, Dina berjalan tersendat dan membuka kain kafan penutup wajah si mayit



"Yaa Allah, ............. Aadiiitttt"


Dina langsung memeluk tubuh jenazah itu



"Maafkan Ibu Nak... maafkan Ibu nak..."
teriak Dina keras, membuat seisi rumah menoleh kepadanya


Bahkan beberapa orang yang berada di luar juga berlari kearah rumah



"Adddiiiiittttt.. Sini nak, Ibu akan tiduri kamu,
Ibu akan tidur bersamamu Nak..."


"Addiiittttt bangun nak.. Ibu sudah pulang,
Ibu sudah pulang nak.."
"Ibu ingin tidur bersama mu.."


Dina meraung keras seperti anak kecil yang kehilangan orangtuanya


Air matanya mengalir deras


Tak kuasa menahan sedih


Rasanya ingin sekali ia menggoyang-goyangkan tubuh kaku itu agar kembali bergerak


Namun Mas Darman segera merangkulnya, Memeluknya,
Dan mencium keningnya


"Bu..ini salah kita..
salah Ayah..
Ayah terlalu sering meninggalkan keluarga"




"Bukan Yah, ini salah Ibu,
tadi pagi Adit minta ditemani tidur, tapi Ibu tolak"


"Ya sudahlah ini salah kita semua,

Adit terkena paru-paru basah akut,
Dan terlambat ditolong.."





**z@g**





Anak, isteri, suami dan keluarga adalah perhiasan dunia



Perhiasan yang paling indah adalah istri yang shalehah (Amaràtush-Sholihah),
Suami yang adil (ìmamun àdilun)

Dan anak-anak yang mendoakan orang tuanya (awaladdun sholihin yadùlah)



***
Referensi :
Senin, 05 Oktober 2009
http://umum.kompasiana.com/2009/10/05/tiduri-aku%E2%80%A6-ibu%E2%80%A6kisah-nyata/
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar