Minggu, 28 April 2013

Sang Pembalik Sandal










~*~  Sang Pembalik Sandal   ~*~




ﺑِــــﺴْﻢِ ﭐﻟﻠَّـــﻪِ ﭐﻟـﺮَّﺣْـﻤٰـﻦِ ﭐﻟﺮَّﺣِﻴــــﻢِ





Perempuan itu datang lagi ke masjid
Seperti biasa, dia selalu dikucilkan dan selalu berada di shaf paling belakang


Seolah-olah perempuan itu sebuah benda najis yang harus dijauhi,
Tak boleh bersentuhan dengan yang lain


Padahal seperti jamaah jamaàh perempuan lainnya,
Dia dalam keadaan suci


Tidak haid dan tidak pula sedang junub




Para jamaah yang lain seakan akan memiliki hak sekaligus kewajiban untuk membenci perempuan cantik yang berusia 35 tahun itu dan sebisa mungkin menjauhi perempuan itu,
karena satu alasan :


 Perempuan itu dulunya bekerja menyewakan tubuhnya yang aduhai





Hari ini adalah 7 hari setelah dia absen tak berjamaah di masjid


Seperti juga perempuan lain, dia baru saja kedatangan tamu bulanannya


Jadi bukan karena jera dikucilkan oleh jamaàh lain yang kata-katanya sempat membuat kuping yang mendengarnya menjadi merah padam


Maka setelah sholat dilaksanakan, para jamaah perempuan semakin nyaring gunjingannya


“Apa kataku… perempuan itu cuma mau mengelabuhi kita,
Cuma mau cari muka di depan pak Soleh”
Ucap seorang perempuan



“Iya, baru beberapa hari ke masjid saja, sudah absen
Sekarang datang lagi”
Teriak perempuan yang lain, yang lupa kalau sedang kedatangan tamu pun dia juga tak akan pergi ke masjid


“Ya wajarlah… kalau ordernya lagi sepi, dia kan mulai sadar”



“Betul… dasar perempuan gituan!!”


“Aneh juga dengan pak Soleh,
Masih saja membela wanita itu”


Dan ternyata Pak Soleh mendengar gunjingan para perempuan itu


“Saya ingatkan lagi pada ibu ibu ya…
Jangan suka menggunjingkan orang lain!”


Para ibu ibu itu hanya diam


“Kenapa mesti menghalangi orang yang mau bertobat?
Allah sendiri Maha Penerima taubat hambanya yang benar-benar mau bertaubat”


Mereka hanya diam


Ada beberapa ibu-ibu yang menunjukkan mimik wajah tak suka sekalipun


“Baru saja kemarin saya berceramah, janganlah mengolok-olok orang lain
Bisa jadi yang mengolok-olok itu lebih jelek dari yang kita olok-olok”



Para ibu ibu itu tetap saja mematung



Kebencian semakin mencuat karena mantan pelacur ini selalu dibela oleh Pak Soleh






Tepat berkumandang azan subuh,
Perempuan itu datang lagi


Seperti biasa dia selalu menyendiri di shaf paling belakang


Tekad dan niat yang dimilikinya sudah bulat dan tak bisa dipadamkan,
Sekalipun gunjingan dari warga lain, terutama para ibu-ibu semakin nyaring dan semakin kejam



Saat pulang dari sholat subuh,
ditengah perjalanan pulang,
Para ibu-ibu itu mencegatnya



“Hei! Perempuan!
Belum kapok juga ya?”


Seperti kemarin-kemarin, perempuan itu hanya diam membisu


“Beraninya cuma berlindung dibalik punggung Pak Soleh!”


Kedua mata perempuan itu mulai berkaca-kaca


Dalam hatinya, dia ingin sekali memberontak,
“beraninya cuman main keroyokan!’”
Gerutu hatinya

Tapi itu tak sempat diucapkannya, cuma menderas dalam hati saja


“Eh… pake nangis segala… Air mata buaya!!!”



Perempuan itu memberanikan diri menatap satu per satu wajah mereka



“Ini peringatan terakhir buatmu,
Sekali lagi jangan kau masuki masjid kami hai wanita najis, Cuih….!”



Kata salah satu ibu-ibu dengan membuang air ludah didepan perempuan itu


“Jangan diam saja, Berjanjilah pada kami!”



“Ya, kalau kamu nekat, kami tak segan-segan membakar rumahmu, Mengerti!!!”



Mendengar ancaman yang terakhir, perempuan itu bergidik

Ternyata mereka tak main-main



Perempuan itu segera mengucapkan janjinya,

“Ya… aku janji, Aku tak akan memasuki masjid kalian lagi”



“Bagus!  Kau sendiri yang berjanji”



Mereka akhirnya membubarkan diri pulang ke rumah masing-masing meninggalkan perempuan itu yang mulai menitik air matanya



Begitu berat cobaan yang dihadapinya untuk menuju pintu pertobatan





Keesokan harinya, saat berkumandang azan subuh,
Perempuan itu bergegas mengambil air wudhu


Kalau kemarin dia masih memberanikan diri untuk berangkat ke masjid,
tapi tidak kali ini



Semalam dia sudah memikirkan janji yang sudah diucapkannya dihadapan para ibu-ibu itu


Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di telinganya

“Aku tak akan lagi memasuki di masjid kalian”



Ini tidak berlaku kalau diluar masjid kan?


Perempuan itu terus memikirkan cara, bagaimana supaya dia tetap bisa berbuat baik yang bisa dilakukannya diluar masjid



Setelah mengambil air wudhu, dia tak langsung menunaikan sholat, tapi dia mengintip dari balik jendela rumahnya, orang yang lalu lalang menuju masjid


Saat iqomah diserukan, perempuan itu mengendap-endap perlahan melangkahkan kakinya ke masjid



Perempuan itu tidak membawa peralatan sholat
Dan dia pun tak hendak mengingkari janjinya
Ketika sampai di halaman masjid, perempuan itu mengatur langkahnya agar kehadirannya tidak diketahui oleh siapapun


Dan saat itu sangat sepi, para jamaah khusyuk melakukan sholat subuh


Perempuan itu melakukan sesuatu yang siapapun tak akan menduga


Dia membalik setiap sandal yang ada di masjid dengan harapan pemiliknya akan mudah memakainya sewaktu pulang nanti
Dengan tulus perempuan itu membalik semua sandal karena dia yakin ada pahala disetiap kemanfaatan bagi orang lain





**z@g**





Kadang kita memandang seseorang dari masa lalunya, Bukan dara apa yg kini ia perbuat

Mereka mungkin buruk atau gagal
Tapi mereka berhasil hijrah
Dari yang buruk ke arah yang baik
Dan dari yang baik kearah yang lebih baik lagi


Mungkinkah diri kita ini lebih baik dari padanya?
Lihat pada diri kita sendiri
Dan bercerminlah !!
Mulianya seseorang bukan kita atau orang lain yang memutuskan
Tetapi ALLAH Subhanahu Wata’ala



Semoga bermanfaat







***
Referensi :
Mei 2010
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar