Senin, 23 Desember 2013
Catatan Dahlan Iskandar
~*~ Catatan Dahlan Iskan ~*~
Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI,
Darimana kita belajar IKHLAS
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD,
Darimana kita belajar SABAR
Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN,
Bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR
Seorang yang DEKAT dengan TUHAN,
Bukan berarti tidak ada AIR MATA
Seorang yang TAAT pada TUHAN,
Bukan berarti tidak ada KEKURANGAN
Seorang yang TEKUN berdo’a,
Bukan berarti tidak ada masa masa SULIT
Biarlah TUHAN yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita,
Karena TUHAN TAU yang tepat untuk memberikan yang TERBAIK
Ketika kerjamu tidak dihargai,
Maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN
Ketika usahamu dinilai tidak penting,
Maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam
Maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN
Ketika kamu lelah dan kecewa,
Maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri,
Maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung,
Maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAH – HATIAN
Tetap Semangat ….
Tetap Sabar ….
Tetap Tersenyum ...
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN
TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang,
Bukan karena “KEBETULAN”
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA
Memang setiap diri kita terkadang ingin serba instan,
Menggapai sesuatu ingin dengan cepat, tanpa mau bekerja keras
Padahal setiap keberhasilan akan selalu ada hambatan, tantangan, kendala bahkan air mata dan pengorbanan
Ini semua harus disikapi dengan kerja keras, ketekunan, kesabaran, pantang menyerah dan ketangguhan untuk hasil yang lebih baik
Kalaupun memang kita sudah bekerja keras, tekun, tangguh, sabar, ikhtiar yang maksimal
dan disertai do’a, namun di mata masih terlihat gagal,
tapi yakinlah di hadapan Allah tidak ada yang sia-sia
Salam Motivasi Kehidupan
***
Referensi :
Jumat, 28 Desember 2012 @ 18:35
http://bulancahaya9.blogspot.com/2012/12/dari-catatan-dahlan-iskan.html?m=1
*
Minggu, 15 Desember 2013
Secangkir Teh Pembawa Sial
~*~ Secangkir Teh Pembawa Sial ~*~
Tak seperti biasa sebut saja Budi (bukan nama sebenarnya)
memulai harinya dengan wajah yang lesu
Semalam ia harus menyelesaikan tugas mata kuliah
karena memang esok adalah hari terakhir mengumpulkannya
Raut lesu dan sayup terlihat jelas
karena baru jam 3 pagi ia baru bisa terlelap
Padahal jadwal kuliah dimulai pukul delapan pagi
Pagi itu, sang ibu yang memaksa Budi untuk bangun
dan tak lupa ibunya menyiapkan sarapan ala kadarnya untuk keluarga
Menjadi kebiasaan dikala pagi,
Budi sekeluarga sarapan bersama
Namun, tak disangka pagi itu,
saat sarapan, adik perempuannya menumpahkan secangkir teh tepat disamping Budi
Tak pelak Budi terhenyak,
dan segala umpatan dan emosi keluar dari mulut Budi
Akibatnya sang adik pun menangis
dan menyebabkan ketinggalan naik bis sekolah.
Budi pun terpaksa harus mengantar adiknya
karena jarak sekolahnya cukup jauh
Kegiatan yang semula direncanakan mulai berantakan
Budi pun harus merelakan waktunya untuk mengantarkan adik
Di jalan ia memacu laju kendaraannya begitu cepat dan berbahaya
Namun sayang, jam sekolah telah dimulai
dan adiknya pun dianggap telat oleh gurunya
Hari itu menjadi hari terburuk Budi
Berawal dari teh yang tumpah,
seakan-akan menjadi kutukan dalam kejadian-kejadian berikutnya
Sang adik telat, ia pun juga
Bahkan yang lebih parah,
Budi kena tilang karena menerobos lampu lalulintas
dan mengendarai motor melampaui batas kecepatan
"kalau tau begini, tadi gak usah sarapan saja,,"
begitulah ungkapan sesal Budi
***
Sahabatku, apa yang telah terjadi diatas,
atau mungkin dengan versi yang berbeda dengan apa yang kita alami sehari-hari
adalah wujud dari ketidaksempurnaan kita untuk menguasai apa yang akan kita lakukan
Sahabatku, bukanlah salah karena Budi ditakdirkan menerima tumpahan teh dari adiknya
namun reaksi setelah itu yang menjadi penentu kenapa Budi bernasib buruk
"10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita"
"90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi/memberi respon"
Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian-kejadian yang menimpa kita
Kita tidak dapat mencegah kerusakan mobil
Pesawat mungkin terlambat,
dan mengacaukan seluruh jadwal kita
Seorang supir mungkin menyalip kita di tengah kemacetan lalu-lintas
dan Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini
Namun yang 90% lagi berbeda
itu adalah reaksi kita
Kita tidak dapat mengontrol lampu merah,
tapi dapat mengontrol reaksi kita
Kita tidak dapat mengontrol jatuhnya sebuah cangkir,
namun kita dapat mengendalikan reaksi! kita!
Kenapa Budi?
Karena reaksinya pagi itu
Kenapa hari nya buruk?
a) Karena secangkir teh yang tumpah?
b) Kecerobohan adiknya?
c) Polisi yang menilang?
d) Karena dirinya sendiri?
Jawaban-nya adalah D
Budi tidak dapat mengendalikan tumpahnya teh itu
Namun bagaimana reaksi-nya 5 detik kemudian itu,
yang menyebabkan harinya menjadi buruk
Ini yang mungkin terjadi jika ia bereaksi dengan cara yang berbeda
Teh tumpah di kemejanya
Adiknya sudah siap menangis
namun ia bisa dengan Lembut berkata,
"Tidak apa-apa sayang/adik,
lain kali kamu lebih hati-hati ya"
Budi pergi mengganti kemeja dengan tenang
dan melihat sang adik sedang naik ke dalam bus sekolah
Budi dapat tiba di kampus 5 menit lebih awal
karena tidak perlu berurusan dengan polisi,
dan dengan riang Menyalami para kawan...
Lihat perbedaannya
Dua skenario yang berbeda
Keduanya dimulai dari hal yang sama,
tapi berakhir dengan hal yang berbeda
Kenapa?
Karena REAKSI kita
Sungguh kita tidak dapat mengontrol 10% hal-hal yang terjadi
Tapi yang 90% lagi ditentukan oleh reaksi kita
Terima kasih telah membaca
dan semoga reaksi kita bisa lebih baik dalam menyikapi hal-hal diluar kehendak
dan keinginan kita
Ingat Tuhan punya rencana indah buat hamba-hambaNya,
namun IA pun berhak menilai seberapa jauh hambanya yang bertakwa...
SALAM MOTIVASI..
***
Referensi :
Minggu, 31 Januari 2010 @ 20:14
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2010/01/cerita-secangkir-teh-pembawa-sial.html
*
Kesombongan Atheis
~*~ Kesombongan Atheis ~~
Suatu ketika seorang atheis menentang ulama besar Bagdad Hasan al-Bashri untuk berdebat tentang keberadaan Tuhan
Karena kepercayaan diri yang besar,
laki-laki tak percaya Tuhan itu mengajukan syarat bahwa yang kalah harus dipancung,
Al-Bashri pun sepakat
Waktu yang mereka sepakati pun tiba
Di suatu tempat, masyarakat Bagdad berjubel untuk menyaksikan perdebatan teologis yang monumental itu
Mereka ingin tahu bagaimana ''nasib'' Tuhan ditentukan
Ketika Al-Bashri belum tiba, si Atheis telah berada di atas mimbar dan langsung berkoar-koar bahwa Tuhan hanya rekayasa manusia
Ia menunjukkan argumentasi bahwa Tuhan tidak ada,
dan mereka yang percaya akan keberadaan Tuhan hanyalah orang-orang tolol
yang gampang dibodohi halusinasi
Menjelang zuhur, Al-Bashri belum juga tiba
Hadirin mulai cemas
Sementara itu, si atheis tampak gembira,
seolah-olah kemenangan sudah digapainya
''Lihatlah, guru kalian tidak datang
Ia tahu akan kalah, maka dia memilih tidak hadir untuk menghindari maut
Akulah yang menang. Tuhan tidak ada. Ikutilah aku"
teriaknya
Tiba-tiba Al-Bashri datang tergopoh-gopoh saat forum itu hendak disudahi
dan kemenangan bagi si atheis sudah di pelupuk mata
Dengan nada menyentak si atheis bertanya,
"Kenapa kamu datang terlambat? Kamu takut kalah dan takut dipenggal, ya?"
"Maaf,"
jawab Al-Bashri serius
"Sebenarnya sejak pagi aku telah berusaha menuju tempat ini
Seperti kamu ketahui, untuk menuju ke sini,
aku harus melintasi sungai Tigris
Namun, tidak biasanya, di sungai itu tidak ada satu pun perahu melintas
Akhirnya aku shalat dan berdoa kepada Tuhan
Cukup lama aku berdoa, lalu aku melihat papan-papan bertebaran di sungai itu
Lalu papan-papan itu menyusun satu sama lainnya menjadi sebuah perahu
Dengan perahu itulah aku melintasi sungai dan sampai di sini"
Si atheis menyela,
"Ah, mustahil. Kamu dusta, kamu mengada-ada
Mana mungkin papan-papan itu tersusun menjadi perahu tanpa ada yang membuatnya?"
Hasan Al-Bashri menjawab,
"Ya, kamu benar. Itu mustahil
Mana mungkin papan-papan itu terbentuk perahu tanpa ada yang menyusunnya
Kalau begitu, mana mungkin jagat raya yang maha luas ini berwujud,
berjalan teratur dengan sendirinya,
tanpa ada yang mencipta dan yang mengaturnya
Bagaimana mungkin darah, tulang, daging, kulit bisa terbentuk sendiri menjadi seperti kamu?"
Si atheis terdiam, tidak berkutik
Argumentasinya kalah oleh ucapannya sendiri
Hadirin tertegun dan memuji kebesaran Allah, Subhanallah
Benar kata nabi saw,
"Bertafakurlah tentang ciptaan Allah, dan jangan berpikir tentang wujud Allah"
Akal dan kekuatan kita tidak akan pernah bisa mengetahui wujud Allah
Jazakumullah telah membaca cerita ini,
semoga bermanfaat...
***
Referensi :
Minggu, 01 November @ 19:04
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-kesombongan-atheis.html
*
Api Dan Asap
~*~ Api Dan Asap ~*~
Suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai
Semuanya porak poranda
Tak ada awak yang tersisa,
kecuali satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung
Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini
Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni,
sendiri, dan tak punya bekal makanan
Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya
Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala,
mengharap ada kapal yang datang merapat
Sayang, pulau ini terlalu terpencil
Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya
Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap
Lalu, untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian,
sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat
Dibuatnya ruman-rumahan, sekedar tempat untuk melepas lelah
Disusunnya semua nyiur dengan cermat, agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama
Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan
Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar
Semua pelosok dijelajahi,
hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya
Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa
Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya
Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam
Pria ini berteriak marah,
"Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?... Mengapa?"
Teriaknya melengking menyesali nasib
Tiba-tiba...terdengar peluit yang ditiup...
Tuittt.....tuuitttt
Ternyata ada sebuah kapal yang datang
Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini
Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya,
"Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini?"
Mereka menjawab,
"Kami melihat simbol asapmu!!"
(*) Kesimpulan :
Sahabatku, sangat mudah memang bagi kita, untuk marah saat musibah itu tiba
Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat,
saat terjadi dan berulang-ulang
Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh
Namun, teman, agaknya kita tak boleh kehilangan hati kita
Sebab, Allah selalu ada pada hati kita,
walau dalam keadaan yang pali berat sekalipun
Sahabatku, ingatlah, saat ada "asap dan api" yang membubung dan terbakar dalam hatimu,
jangan berkecil hati
Jangan sesali semua itu
Jangan hilangkan perasaan sabar dalam kalbumu
Sebab, bisa jadi, itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan mau menolongmu
Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan,
akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya
Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita
Jangan hilangkan harapan itu
Jazakumullah telah membaca cerita ini...
semoga bermanfaat..
***
Referensi :
Minggu, 01 November @ 19:04
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-api-dan-asap.html
*
Bocah Penantang Kehidupan
~*~ Bocah penantang Hidup ~*~
Setiap hari sepulang sekolah pukul 13.30 WIB,
Ali Ma'un (13 tahun), bocah asal Dusun Becok, Kecamatan Merakurak, Tuban, Jawa Timur,
tak pernah punya cukup waktu untuk bermain
Selepas mengganti baju seragam, kalau ada sisa makanan,
dia langsung makan siang
jika tak ada sisa makanan
dia langsung memanggul linggis dan ganco (cangkul kecil) di pundak kirinya
Tangan kanannya menjinjing karung berisi peralatan seperti tatah, gergaji, dan peralatan besi lainya
Dengan kaki telanjang disertai beban seberat 12,5 kg,
Ma'un menyusuri perbukitan gersang sejauh 5 km dari tempat tinggalnya menuju Dusun Karangrejo,
lokasi bukit kapur milik PT Perhutani
Bekas galian batu kapur yang memantulkan sinar menyilaukan mata
dan membakar kulit tak mengendurkan semangatnya
Debu yang bertebaran diterjang angin sudah akrab dengan dua lubang hidungnya
Dia terus giat menggergaji bongkahan batu kapur untuk dijadikan bata kumbung (batu bata yang terbuat dari bangkahan batu kapur)
Meski semangatnya membara,
Ma'un hanyalah anak yang masih bau kencur
Setiap dua pekan dia hanya mampu membuat 150 bata kumbung
dan dijualnya kepada bandar seharga Rp 200/bata
Artinya, setiap dua pekan dia bisa mendapatkan uang Rp 30 ribu
Dia baru berhenti memeras keringatnya setelah adzan Maghrib berkumandang.
Pekerjaan berat ini ditekuninya sejak kelas 2 SD
Risiko kecelakaan yang senantiasa menghantui, tak membuatnya surut
Di wilayah batu kapur tersebut
kerap terjadi kecelakaan dan sudah puluhan nyawa melayang akibat longsoran bekas galian yang dibiarkan menganga
"Bahayanya kalau musim hujan tiba,
terowongan bekas galian mudah patah,
padahal di bawahnya ada kegiatan memotong batu"
ungkap murid kelas dua SMP Nurul Huda, Tuban, itu
Memang baginya hidup adalah pilihan
Sedep, ibu angkat yang merawat dan membesarkan Ma'un,
kini mulai sakit-sakitan
Perempuan berusia senja itu tak sanggup lagi berpanas-panas menjadi buruh tani di ladang gersang di perbukitan kapur milik tetangganya
"Kasihan simbok (ibu), dia sudah membesarkanku
Aku khawatir simbok sakit,
nanti aku tak punya siapa-siapa lagi
Aku tidak memilih risiko tapi ini adalah hidup yang harus aku jalani"
tutur Ma'un
Menurut dia, ibu angkatnya itu memang sudah lemah
Jangankan bekerja, untuk memasak pun sudah cukup berat untuk dilakukan Sedep
Sejak ibu angkatnya sakit-sakitan,
kegiatan rutin Ma'un setiap selepas adzan Subuh adalah menyiapkan makanan ibu angkatnya itu,
dan sekalian menyiapkan sarapan pagi sebelum berangkat sekolah
Tak hanya itu, dia juga mencucikan baju ibu angkatnya itu
Ma'un mengaku pernah melihat ibu angkatnya itu jatuh di dekat perapian
saat hendak menanak nasi
Sejak itulah, dia tidak tega melihat ibu angkatnya bersusah payah menyiapkan makanan
Hidup tanpa orang tua kandung sudah diketahui sejak dirinya berumur 5 tahun
Cerita tersebut ia dapatkan dari Mbok Sedep
Bahkan duka dan deritanya saat masih di kandungan ibunya hingga masa kelahiranya sudah diketahui seluruh warga Dusun Becok
Sejak bayi dia sudah ikut Mbok Sedep
Karena itu, dia sudah menganggap ibu angkatnya itu sebagai ibu sendiri
Lantaran curahan kasih Mbok Sedep,
Ma'un bisa selamat dan hidup normal tanpa harus kekurangan gizi,
meski dirinya kecewa dengan kedua orang tuanya karena belum pernah menemuinya
Ma'un juga tak tahu ke mana rimbanya orang tua yang telah melahirkannya itu
"Setelah aku lahir, belum genap lima hari,
ibuku sudah pergi entah ke mana,
sampai sekarang aku hanya hidup berdua dengan simbok
Menurut simbok ibu kandungku sekarang di Flores, namanya Cholisah
Kalau bapak aku nggak tahu sama sekali"
ungkap Ma'un menirukan cerita Mbok Sedep
Meski harus menjalani kehidupan yang sangat menantang,
dan akrab dengan kemiskinan,
Ma'un tetap bersemangat melanjutkan sekolah hingga SMP
Jika dibanding teman-teman sebayanya yang mampu secara ekonomi,
prestasi bocah kerempeng itu patut diacungi jempol
"Prestasi Ma'un patut dibanggakan,
jika dibanding dengan beban hidup yang harus ditanggungnya
Dia meraih peringkat pertama di seluruh kelas 2 di sini,"
kata Rahmat Basuki, salah satu pengajar di SMP Nurul Huda, Desa Tegalreja
Untunglah, beban hidup Ma'un ini dimengerti oleh yayasan pengelola sekolah tersebut
Seluruh biaya pendidikan digratiskan oleh sekolah milik Yayasan Nurul Huda tersebut
Yayasan tersebut memang menggratiskan pendidikan bagi murid-murid yang berasal dari keluarga kurang mampu
Meski begitu, masyarakat setempat belum begitu menyadari akan pentingnya pendidikan
"Impitan ekonomi menjadi persoalan utama,
mereka lebih memilih anaknya untuk membantu bekerja daripada sekolah meskipun tanpa biaya"
ujar Thohirin, ketua Yayasan Nurul Huda
-o00o-
Sahabat, Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini...???
Masihkah kita kan selalu mengeluh dengan segala ujian yang Allah berikan...???
Mengapa...???
(Widy Nugroho)
***
Referensi :
Jum'at, 03 September 2010 @ 04:55
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2010/09/cerita-bocah-13-tahun-menantang-hidup.html
*
Pay It Forward
~*~ Pay It Porward ~*~
Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana
yang kita lakukan kepada orang lain
akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka,
mungkin Film “PAY IT FORWARD” bisa menjadi pendorong
yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain
Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun
bernama Trevor yang berpikir
jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya,
lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu
dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya,
maka dia yakin bahwa suatu saat nanti
dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi
Dia menamakan ide tersebut:
“PAY IT FORWARD”
Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah
mamanya sendiri (yang menjadi single parent),
seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan
dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal
Percobaanpun dimulai :
Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian,
tidak punya teman untuk berbagi rasa,
telah menjadi pecandu minuman keras
Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya
dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka,
dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor
Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar
menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih,
Trevor berpesan kepada mamanya
“PAY IT FORWARD, MOM”
Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor,
terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu
dengan pergi ke rumah ibunya (nenek si Trevor),
hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun
dan mereka tidak pernah bertegur sapa,
kehadiran sang putri untuk meminta maaf
dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu,
saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih,
si anak berpesan,
”PAY IT FORWARD, MOM”
Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan
dan menerima dirinya kembali,
meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan
karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek,
ketika para pengejarnya sudah pergi,
si pemuda mengucapkan terima kasih,
si nenek berpesan
“PAY IT FORWARD, SON”
Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek,
terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit
kepada seorang gadis kecil yang sakit parah
untuk lebih dulu mendapatkan perawatan,
ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini,
si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil
“PAY IT FORWARD, SIR”
Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda,
terdorong meneruskan kebaikan tersebut
dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV
yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara,
saat si wartawan berterima kasih,
ayah si gadis berpesan:
”PAY IT FORWARD”
Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis,
bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah
“PAY IT FORWARD”
tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur
untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis,
pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit,
nenek yang memberikan tempat persembunyian,
putri si nenek yang mengampuni,
sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut
Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor,
Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi
supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini
Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana,
Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut
untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI
UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DISEKITAR MEREKA
agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih
Namun umur Trevor sangat singkat,
dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan,
selesai penguburan Trevor,
betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang
tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya
sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita
terhadap kematian Trevor
Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari
dampak yang diberikan kepada banyak orang
hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain
(Sumber : Resensi.net)
(***)
Kesimpulan :
Sahabat, mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan di dalam hidup kita,
dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan
bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepadaNya,
jawaban Tuhan hanya sesederhana ini
“PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU
(Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada disekitarmu)”
Ya, disaat kita menemukan kebahagiaan IMAN,
maka “PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU
Disaat kita faham akan hakekat kehidupan,
maka “PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU
Disaat kita berhasil dalam meraih cinta dan kesuksesan,
maka “PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU
Terima kasih sudah membacanya ...
Salam Motivasi !!!!!!!
***
Referensi :
Selasa, 25 Mei 2010 @ 09:23
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2010/05/cerita-pay-it-forward.html
*
Marmer
~*~ Marmer ~*~
Suatu ketika, ada sebuah museum yang sangat besar
Di dalamnya terdapat beberapa patung marmer,
dengan beralaskan lantai marmer yang indah
Patung itu, dipasang di ruang utama,
dan selalu menjadi perhatian setiap pengunjung yang datang kesana
Banyak orang dari seluruh dunia yang datang
hanya untuk mengagumi keindahan patung itu
Pada suatu malam, si lantai marmer, berkata pada patung itu
"Hei, Patung Marmer, ini sungguh tidak adil
Sungguh tidak adil....
Kenapa setiap orang yang datang dari seluruh dunia, hanya mengagumi mu,
sementara mereka menginjakkan kakinya berdiri di atas tubuhku
Aku selalu terhina dengan ini semua,
aku selalu diinjak-injak. Ini sungguh tidak adil !!"
Patung itu lalu menjawab,
"Tenang sobatku lantai marmer
Apakah kamu masih ingat, kita sesungguhnya berasal dari gua yang sama?
Bukankah kita sama-sama lahir dari tempat itu?"
Si Lantai Marmer kembali berseru,
"Yeah, itulah yang membuatku tambah tidak adil
Kita lahir dari tempat yang sama,
namun, kini, kita mendapat perlakuan yang berbeda. Tidak adil!!"
Dengan tenang, Patung itu berkata,
"Lalu, apakah kamu juga masih ingat
saat ada seorang pematung yang datang kepadamu,
namun, kamu menolak itu semua?
Apakah kamu masih ingat, saat kamu tak mau untuk diukir oleh pahat-pahat itu?"
"Ya, tentu saja, aku masih ingat, ujar si Lantai,
"Aku benci pria itu. Bagaimana mungkin aku bisa menerimanya?
Pahat-pahat itu sangat menyakitkan"
"Betul, pematung itu tak bisa bekerja membuat karya,
sebab, kamu menolak untuk diukir olehnya, ujar si Patung"
Lantai itu bertanya lagi,
"Lalu, mengapa demikian?"
"Sobatku, saat pematung itu selesai denganmu, dan mulai mengukirku,
aku tahu, suatu saat, aku akan tampil berbeda
Aku akan menjadi lebih baik suatu saat nanti
Aku juga tahu, kerja kerasnya akan membuatku tampil lebih indah
Aku menerima semua alat yang digunakannya
Walaupun memang, semua pahat-pahat itu begitu menyakitkan menimpa tubuhku"
jelas si Patung panjang lebar
Si Lantai cuma berguman dalam hati,
"Mmmmm...."
"Sobatku, ada sebuah harga untuk semuanya di dunia ini
Saat kamu menolak untuk menerima semua cobaan itu,
jangan salahkan orang lain jika mereka semua menginjak-injak tubuhmu"
(*) Kesimpulan :
Teman, memang, ada sebuah harga untuk semuanya di dunia ini
Tak ada yang memberikannya gratis buat kita
Kisah ini, adalah sebuah gambaran tentang cobaan yang Allah berikan buat kita
Kita, sering menolak untuk diberikan cobaan oleh Allah
Kita, kerap enggan untuk menjalani semua ujian itu dengan sabar
Ada banyak keputusasaan yang selalu menyertainya
Kita selalu mengeluh, dan mengeluh,
bahwa cobaan dan ujian itu selalu menyakitkan
Dan sesungguhnya, saat Allah membentuk kita semua dengan pahat-pahat-Nya,
saat itulah kita sedang di uji
Memang, kadang itu semua menyakitkan
Namun, sekali lagi, selalu ada sebuah harga untuk semua itu
Saat Allah memberikan kita ujian yang berat,
maka di saat lain, Allah juga akan menganugerahkan kita nikmat yang banyak pula
Teman, seperti ini lah Allah membentuk kita
Pada saat Allah membentuk kita, tidaklah menyenangkan,
sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata
Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita
supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah
Teman, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,
apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan,
sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna
dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun
Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup,
jangan berkecil hati,
karena Allah sedang membentuk Anda
Bentukan -bentukan ini memang menyakitkan
tetapi setelah semua proses itu selesai
Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk Anda
jazakumullah telah membaca,,,,,
semoga menjadikan kita menjadi orang yang lebih sabar dalam menjalani roda kehidupan ini..
***
Referensi :
Rabu, 28 Oktober @ 08:14
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/10/cerita-marmer.html
*
Pematung Raja
~*~ Pematung Raja ~*~
Suatu ketika, hiduplah seorang pematung
Pematung ini, bekerja pada seorang raja yang masyhur dengan tanah kekuasaannya
Wilayah pemerintahannya sangatlah luas
Hal itu membuat siapapun yang mengenalnya,
menaruh hormat pada raja ini
Sang pematung, sudah lama sekali bekerja pada raja ini
Tugasnya adalah membuat patung-patung yang diletakkan menghiasi taman-taman istana
Pahatannya indah,
karena itulah, ia menjadi kepercayaan raja itu sejak lama
Ada banyak raja-raja sahabat yang mengagumi keindahan pahatannya saat mengunjungi taman istana.
Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar
Baginda ingin membuat patung dari seluruh keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya
Jumlahnya cukup banyak, ada 100 buah
Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tengah taman istana,
sementara patung prajurit dan pembantunya akan di letakkan di sekeliling taman
Baginda ingin, patung prajurit itu tampak sedang melindungi dirinya
Sang pematung pun mulai bekerja keras, siang dan malam
Beberapa bulan kemudian, tugas itu hampir selesai
Sang Raja kemudian datang memeriksa tugas yang di perintahkannya
“Bagus. Bagus sekali"
ujar sang Raja
“Sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri,
untuk melengkapi monumen ini...”
Mendengar perintah itu, pematung ini pun mulai bekerja kembali
Setelah beberapa lama, ia pun selesai membuat patung dirinya sendiri
Namun sayang, pahatannya tak halus
Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi
Ia berpikir, untuk apa membuat patung yang bagus,
kalau hanya untuk di letakkan di luar taman
“Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas,”
ucapnya dalam hati, pasti, akan cepat rusak
Waktu yang dimintapun telah usai
Sang raja kembali datang, untuk melihat pekerjaan pematung
Ia pun puas
Namun, ada satu hal kecil yang menarik perhatiannya
“Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku?
Padahal, aku ingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat patungku
Kalau ini yang terjadi, tentu aku akan membatalkannya,
dan menempatkan mu bersama patung prajurit yang lain di depan sana”
Menyesal dengan perrbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah
Patung dirinya, hanya bisa hadir di depan,
terkena panas dan hujan, seperti harapan yang dimilikinya
(*) Kesimpulan :
Sahabatku, seperti apakah kita menghargai diri sendiri?
Seperti apakah kita bercermin pada diri kita?
Bagaimanakah kita menempatkan kebanggaan atas diri kita?
Ada kalanya memang, ada orang-orang yang selalu pesimis dengan dirinya sendiri
Mereka, kerap memandang rendah kemuliaan yang mereka miliki
Namun, apakah kita mau dimasukkan ke dalam bagian itu
Saya percaya, tak banyak orang yang menghendaki dirinya mau dimasukkan sebagai orang yang pesimis
Kita akan lebih suka menjadi orang yang bernilai lebih
Sebab, Allah pun menciptakan kita tak dengan cara yang main-main
Allah menciptakan kita dengan kemuliaan mahluk yang sempurna
Sahabatku, sesungguhnya, kita sedang memahat patung diri kita saat ini
Tapi patung seperti apakah yang sedang kita buat?
Patung yang kasar, yang tak halus pahatannya,
ataukah patung yang indah, yang memancarkan kemuliaan-Nya?
Patung yang bernilai mahal, yang menjadi hiasan terindah,
atau patung yang berharga murah yang tak layak diletakkan di tempat utama?
Memang, tak ada yang tahu akan ditempatkan dimana patung-patung diri kita kelak
Karena hanya Allah lah Maha Tahu
Karenanya, bentuklah patung-patung itu dengan indah
Pahatlah dengan halus,
agar kita bisa ditempatkan di tempat yang terbaik, di sisi-Nya
Poleslah setiap sisinya dengan kearifan budi, dan kebijakan hati,
agar memancarkan keindahan
Susuri setiap lekuknya dengan kesabaran, dan keikhlasan
Pahatan yang kita torehkan saat ini, akan menentukan tempat kita di akhirat kelak
Bentuklah "patung" diri Anda dengan indah!
Jazakumullah telah membaca cerita ini...
semoga bermanfaat
***
Referensi :
Senin, 26 Oktober @ 20:16
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/10/cerita-pematung-raja.html
*
Kebiasaan
~*~ Kebiasaan ~*~
Disuatu sore Ayah mengajak anak remajanya yang agak nakal
dan mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk untuk berjalan-jalan dihutan sekitar perkebunan mereka
"Engkau melihat pohon itu? Cobalah engkau mencabutnya,"
kata sang Ayah sambil menunujuk pada salah satu pohon kecil dipinggir hutan
Dengan segera anak remaja itu berlari dengan satu tangan saja mencabut pohon kecil itu
Mereka terus berjalan dan kali ini sang ayah menunjuk sebuah sebuah pohon yang sudah agak besar
"Sekarang coba cabut pohon itu"
Dengan segera pula si anak remaja mencabut pohon itu,
tetapi kali ini tidak dengan satu tangan
Ia harus mencabutnya dengan kedua tangannya
Setelah berjalan beberapa langkah lagi sang Ayah menunjuk sebuah pohon cemara yang cukup besar
"Sekarang Ayah mau engkau mencabut pohon itu"
Dengan kaget anak remaja itu menjawab,
"Yang benar saja Ayah, itu kan besar dengan seluruh kekuatanku pun aku tak dapat mencabutnya
Pohon itu hanya dapat ditebang dengan Buldozer”
"Benar katamu,"
jawab sang Ayah
Mereka kemudian duduk berdua dipinggir Hutan
"Sekarang dengar,"
kata sang Ayah memulai pelajarannya
Sesuatu yang belum terlalu lama dibiarkan,
masih bisa dihilangkan dengan mudah
Seperti ketika engkau mencabut pohon kecil tadi dengan satu tanganmu
Tetapi kebiasaan yang sudah agak lama dibiarkan,
masih bisa dihilangkan tetapi dengan usaha dan kerja keras,
seperti ketika engkau mencabut pohon kedua dengan kedua tanganmu
Sedangkan kebiasaan yang sudah mendarah daging
karena sudah dibiasakan dan dipelihara,
akan sangat sulit menghilangkannya
kecuali dengan pertolongan Allah Swt
Maka belajarlah segera membuang hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah
dan jangan membiasakan dirimu melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik
(sumber : milis irfan seeds)
(*) Kesimpulan :
Sahabatku, banyak hal yang merupakan kebiasaan buruk
Kita tahu hal itu tidak benar
tetapi kita membiasakan diri melakukannya tanpa merasa berdosa.
Kebohongan, ketidakjujuran, kesombongan, kedengkian, kemalasan, perselisihan, judi, mabuk-mabukan, perzinahan dan lain-lain
Semakin lama kebiasaan itu akan tumbuh dengan suburnya
sehingga kita sulit menghilangkannya
Hanya anda saja yang tahu kebiasaan buruk apa yang sedang Anda biarkan bertumbuh didalam dirimu saat ini
Jangan biarkan sampai berakar
Sebaliknya, biasakanlah diri Anda melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
yang terpuji dan yang manis dihadapan Allah
Jika anda membiasakan diri dengan hal-hal ini,
maka Anda akan melihat betapa itu akan bertumbuh dengan subur, berakar dengan kuat dan berbuah lebat
Jazakumullah telah membaca cerita ini..
semoga bermanfaat..
***
Referensi :
Minggu, 01 November @ 19:04
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-kebiasaan.html
*
Pohon Beringin Dan Pohon Durian
~*~ Pohon Beringin Dan Pohon Durian ~*~
Saya teringat sebuah kisah yang diceritakan oleh Alm. Ustadz Zainudin MZ
Mungkin anda sudah pernah mendengar
Tapi tak mengapa, jika saya mencoba mengingatkan kembali kisah ini
Suatu ketika ada pemuda yang sedang istirahat di bawah pohon beringin
Sambil tiduran, dia merenung, dan berkata,
”Heran, Allah itu tidak adil
Masak pohon beringin yang besar ini kok buahnya kecil-kecil”
katanya dalam hati
”Sedangankan pohon durian, yang kecil pohonnya,
tapi kok besar buahnya...”
protes dia dalam hatinya
Tiba-tiba sebutir buah beringin jatuh menimpa kepala pemuda itu,
Tuk...!!
Sang pemudapun kaget, dari lamunannya...
tiba-tiba dia beristighfar,
meminta ampun kepada Allah atas tuduhannya bahwa Allah tidak adil”
Sahabatku, tahukah anda penyebab sang pemuda itu sadar akan kesalahannya?
Ya,... dia membayangkan jika pohon beringin itu memiliki buah seperti durian,
pasti kepalanya remek (hancur) tertimpa buahnya... ^_^
Sahabatku, saya yakin pernah terbesit dalam diri anda merasakan
bahwa Allah tidak adil
Kenapa nasip saya begini?
kenapa dia begitu?
Kenapa dia mendapatkan itu?
sedang saya tidak?
Pernahkah?
Jika pernah, maka mohonlah ampun kepada-Nya
Seperti kisah diatas, pemuda tersebut tidak akan sadar akan kesalahannya,
sebelum tertimpa buah kecil dari pohon beringin tersebut
Yakinlah Allah Maha adil
Cuma, dari sebagian kejadian,
mungkin kita belum tau dan belum paham
akan hikmah dan maksud keadilan Allah dengan segala kejadian penciptaan-Nya tersebut
Ah... sangat wajar saya kira,
seberapa besar sih kemampuan otak manusia?
Pasti memliki keterbatasan
Karena kita hanya makhluk
Sedangkan Allah adalah zat yang tak terbatas,
Maha Segalanya...,
karena Dia sang Kholik...
Sang Pencipta... Allah yang Maha Adil...!
Jazakumullah telah membaca, semoga bermanfaat...
Salam Motivasi ! ^_^
***
Referensi :
Selasa, 17 November @ 02:35
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-pohon-beringin-dan-pohon-durian.html
*
Ketulusan
~*~ Ketulusan ~*~
Alkisah di sebuah rumah mewah yang terletak dipinggiran sebuah kota,
hiduplah sepasang suami istri
Dari sekilas orang yang memandang,
mereka adalah pasangan yang sangat harmonis
Para tetangganya pun tahu bagaimana usaha mereka dalam meraih kehidupan mapan yang seperti saat ini
Sayang, pasangan itu belum lengkap
Dalam kurun waktu sepuluh tahun pernikahan mereka,
pasangan itu belum juga dikaruniai seorang anak pun yang mereka harapkan
Karenanya walaupun masih saling mencinta,
si suami berkeinginan menceraikan istrinya
karena dianggap tak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasinya
Setelah melalui perdebatan sengit,
dengan sedih dan duka yang mendalam,
si istri akhirnya menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai
Dengan perasaan tidak menentu,
suami istri itu menyampaikan rencana perceraian kepada orang tua mereka
Meskipun orang tua mereka tidak setuju,
tapi tampaknya keputusan bulat sudah diambil si suami
Setelah berbincang-bincang cukup lama dan alot,
kedua orang tua pasangan itu dengan berat hati menyetujui perceraian tersebut
Tetapi, mereka mengajukan syarat,
yakni agar perceraian pasangan suami istri itu diselenggarakan dalam sebuah sebuah pesta
yang sama besarnya seperti pesta saat mereka menikah dulu
Agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya,
maka persyaratan mengadakan pesta perceraian itu pun disetujui
Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan
Sungguh, itu merupakan pesta yang tidak membahagiakan bagi siapa saja yang hadir dalam pesta itu
Si suami tampak tertekan dan terus meminum arak sampai mabuk dan sempoyongan
Sementara sang istri tampak terus melamun
dan sesekali mengusap air matanya di pipinya
Di sela mabuknya si suami berkata lantang,
“Istriku, saat kau pergi nanti
semua barang berharga atau apapun yang kamu suka dan kamu sayangi,
Ambillah dan Bawalah !!“
Setelah berkata seperti itu,
tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri
Keesokan harinya, setelah pesta usai,
si suami terbangun dari tidur dengan kepala berdenyut-denyut
Dia merasa tidak mengenali keadaan disekelilingnya selain sosok yang sudah dikenalnya bertahun-tahun yaitu sang istri yang ia cintai
Maka, dia pun bertanya
“Ada dimanakah aku ?
Kenapa ini bukan di kamar kita ?
Apakah aku masih mabuk dan bermimpi ?
tolong jelaskan”
Si istri menatap penuh cinta pada suaminya
dengan mata berkaca-kaca dan menjawab,
“Suamiku, ini karena dirumah orang tuaku
Kemaren kau bilang didepan semua orang bahwa engkau berkata kepadaku,
bahwa aku boleh membawa apa saja yang aku mau dan aku sayangi
Di dunia ini tidak ada satu barang yang berharga
an aku cintai dengan sepenuh hati selain kamu
karena itu kamu sekarang kubawa serta ke rumah orang tuaku
Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu”
Dengan perasaan terkejut setelah sesaat tersadar,
si suami bangun dan memeluk istrinya,
“Maafkan aku Istriku,
aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa dalamnya cintamu padaku
Walaupun aku telah menyakitimu, dan berniat menceraikanmu,
tetapi engkau masih mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun“
Akhirnya kedua suami istri ini ini berpelukan dan saling bertangisan
Mereka akhirnya mengikat janji akan tetap saling mencintai
hingga ajal memisahkannya
(author : Hareem Musasi)
Hmm... ketulusan cinta....
Ah, saya tidak berani berkomentar dari cerita ini...
karna saya masih singgle... jadi belum berpengalaman menjalin keluarga, hehe...
Silahkan bagi sahabat-sahabat yang sudah berumah tangga,
bisa berbagi cerita dengan kami-kami,
dalam menjaga ketulusan cintanya...
Terimakasih telah membaca, kami tunggu komentar anda...
Salam Motivasi...!
***
Referensi :
Jum'at, 23 Juli 2010 @ 07:51
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2010/07/cerita-ketulusan.html
*
Monyet Terkuat
~*~ Monyet Terkuat ~*~
Di sebuah hutan, terdapat seekor monyet yang kuat dan ahli dalam memanjat
Suatu saat sang monyet memanjat pohon yang paling tinggi di hutan tersebut
Monyet itu akan mempelihatkan kekuatanya kepada banyak monyet yang sedang menatap dirinya
Dengan cepat dan tangkas monyet itu memanjat pohon itu
Dari dahan ke dahan lainnya, monyet itu memanjat dan melompat dengan gerakan indah,
hingga tidak membutuhkan waktu lama sang monyet untuk mencapai puncak pohon
Dengan bangga sang monyet menepuk-nepuk dadanya,
menunjukan bahwa dirinya adalah yang terhebat
Monyet-monyet lainnya pun berteriak-berteriak
menunjukan bahwa mereka takjub dengan kemampunnya
Pada saat itu juga, tiba-tiba cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi galap dan mendung
Gemuruh langit terdengar, rintik-rintik hujan turun tak lama,
langsung disusul lebatnya hujan badai
Para monyet belarian menuju sarang-sarang mereka untuk berteduh,
kecuali satu monyet yang memanjat pohon,
dia berpegang dengan erat batang pohon yang ia panjat
Menahan hujan badai yang terus saja menghantamnya,
yang seolah-olah berusaha menjatuhkannya
“Aku harus kuat, karna aku adalah monyet terkuat di hutan ini!”
pikirnya sambil menahan kuatnya hembusan angin dan dinginnya hujan
Banyak pohon berjatuhan karena badai mematahkan batang-batangnya
Sang monyet beruntung karena berada di pohon yang tinggi dan kuat
Tak jarang sang monyet hampir jatuh karena pohon itu berayun-ayun dengan kuat,
akan tetapi sang monyet sanggup bertahan
Sejam telah berlalu, akhirnya badai reda
Cahaya matahari yang hangat mulai menyinari hutan kembali
Hewan-hewan pun sudah keluar dari sarangnya,
termasuk para monyet yang keluar untuk melihat kondisi temannya yang sedang memanjat itu
Sungguh menajubkan, monyet itu masih bertahan di puncak pohon tertinggi tersebut
“Ha ha ha, memang aku monyet terkuat di hutan ini
Hujan badai saja tak sanggup menjatuhkanku. Ha ha ha…”
Pekiknya dengan bangga sambil menepuk-nepuk dadanya
Tak lama kemudian, angin sepoy-sepoy berhembus dengan hembusan lembut
Hembusan tersebut menyentuh seluruh badan sang monyet dengan halus dengan sinar matahari yang hangat
Sang monyet merasa nyaman dengan angin sepoy-sepoy hangat itu
Terasa bagaikan angin dari surga,
setelah satu jam lamanya menahan hantaman hujan badai
Tak terasa, mata sang monyet mulai menyipit sedikit demi sedikit
Genggaman kuatnya tak tersasa mulai mengendur
Ototnya yang menegang, perlahan-lahan mulai melemah
Dan bisa ditebak, sang monyet itu langsung tertidur
Tak lama kemudian sang monyet itu bangun,
dengan badan penuh luka
Dia baru sadar bahwa dia terjatuh ketika ia tertidur diatas pohon
Dan yang paling menyakitkan adalah ternyata dia telah dijatuhkan dengan mudah oleh angin-angin sepoy-sepoy itu
(cerita ini terinspirasi dari ceramahnya ust. Rahmat Abdullah dalam fim “Sang Murrabi”)
(*) Kesimpulan :
Sahabatku, mungkin banyak dari diri kita ini merasa kuat dengan berbagai ujian dari Allah berupa kesempitan, kelaparan, kesusahan,
seperti badai hujan yang selalu menimpa diri kita
Akan tetapi banyak dari diri kita ini lemah dan tidak kuat terhadap ujian dari Allah berupa kesenangan, harta, jabatan,
seperti hembusan angin sepoy-sepoy hangat yang melenakan,
sehingga membuat kita tertidur
Dan tanpa sadar kita ternyata sudah terjatuh
Sahabatku, semua keadaan di muka bumi ini pada hakekatnya adalah sebuah ujian
Apakah kita kuat dan sabar ketika diberi musibah?
Dan apakah kita terlena dan kufur ketika kita diberi nikmat?
Semoga kita bisa menjalani ujian dari Allah dengan sabar
Jazakumullah khoir telah membaca
Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua
***
Referensi :
Minggu, 01 November @ 19:20
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-monyet-terkuat.html
*
Meja Kayu
~*~ Meja Kayu ~*~
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya
Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun
Tangan orangtua ini begitu rapuh,
dan sering bergerak tak menentu
Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih
Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan
Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalany
Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun,
membuatnya susah untuk menyantap makanan
Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah
Saat si kakek meraih gelas,
segera saja susu itu tumpah membasahi taplak
Anak dan menantunya pun menjadi gusar
Mereka merasa direpotkan dengan semua ini
"Kita harus lakukan sesuatu"
ujar sang suami
"Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini."
Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan
Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian,
saat semuanya menyantap makanan
Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek
Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka,
terdengar isak sedih dari sudut ruangan
Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek
Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi
Anak mereka yang berusia 6 tahun hanya memandangi semua dalam diam
Suatu malam, sebelum tidur,
sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu
Dengan lembut ditanyalah anak itu
"Kamu sedang membuat apa?"
Anaknya menjawab,
"Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti
Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan"
Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya
Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul
Mereka tak mampu berkata-kata lagi
Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka
Walau tak ada kata-kata yang terucap,
kedua orangtua ini mengerti,
ada sesuatu yang harus diperbaiki
Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan
Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh,
makanan yang tumpah, atau taplak yang ternoda
Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama
(*) Kesimpulan :
Sahabatku,
cerita ini hanyalah refleksi dari secuil kisah kehidupan manusia yang tidak disadari berdampak pada masa depan,,,
hmm,, anak-anak adalah persepsi dari kita
Mata mereka akan selalu mengamati,
telinga mereka akan selalu menyimak,
dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan
Mereka adalah peniru
Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan,
hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak
Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari,
setiap "bangunan jiwa" yang disusun,
adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak
Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak
Untuk anak-anak kita,
untuk masa depan kita, untuk semuanya
Sebab, untuk merekalah kita akan selalu belajar,
bahwa berbuat baik pada orang lain,
adalah sama halnya dengan tabungan masa depan
semoga dari ini kita belajar bagaimana memperlakukan orang tua selayak nya,,,
dan mendidik anak-anak dengan cara yang bijak,,,
"suatu saat pun kita akan demikian,,
semakin tua,,renta,,,tiada daya,,,
dan anak-anak kitalah yang akan membantu kita kelak di masa tua,,,"
Jazakumullah,,,terima kasih telah membaca,,,
jikalau ada kesalahan dan cerita yang kurang berkenan kami mohon maaf,,,
dan semoga bermanfaat,,,
***
Referensi :
Rabu, 28 Oktober @ 08:26
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/10/cerita-meja-kayu.html
*
Keluarga Semut
huh ... lelahnya aku seharian menyelesaikan pekerjaan kantor yang tak habis-habisnya
Kurebahkan tubuhku di lantai depan televisi, sementara kubiarkan TV menyala untuk tetap menjaga agar aku tidak terlelap
Suhu yang sedikit panas memaksaku membuka kemeja
dan membiarkan kulitku bersentuhan dengan sejuknya lantai
"aaauww ... brengsek!"
gumamku
Segera kutepis sesuatu yang menggigit lenganku hingga ia terjatuh di lantai,
ternyata seekor semut hitam
"Kurang ajar! Apa ia tidak mengerti kepalaku begitu penat dan tubuhku ini seperti mau hancur?
Apa ia juga tidak tahu kalau aku sedang beristirahat?"
pikirku seraya kembali merebahkan tubuhku
Tapi, belum sampai seluruh tubuh ini jatuh menempel lantai,
"addduuhhh!"
Lagi-lagi semut kecil itu menggigitku
Kali ini punggungku yang digigitnya dan gigitannya pun lebih sakit
"heeeh, berani sekali makhluk kecil ini,"
gerutuku kesal
Ingin rasanya kulayangkan tapak tangan ini untuk membuatnya mati tak berkutik 'mejret' di lantai
Namun sebelum tanganku melayang,
ia justru sudah mengacung-acungkan kepalan tangannya seperti menantangku bertinju
Kuturunkan kembali tanganku yang sudah berancang-ancang dengan jurus 'tepokan maut',
kuurungkan niatku untuk menghajarnya karena kulihat mulutnya yang komat-kamit seolah mengatakan sesuatu kepadaku
Awalnya aku tidak mengerti apa yang diucapkannya,
tapi lama kelamaan aku seperti memahami apa yang diucapkannya
"Hey makhluk besar, anda menghalangi jalan saya!
Apa anda tidak lihat saya sedang membawa makanan ini untuk keluarga saya di rumah ..."
Rupanya ia begitu marah karena aku menghambat perjalanannya,
lebih-lebih sewaktu punggungku menindihnya sehingga ia harus terpaksa menggigitku
Akhirnya kupersilahkan ia melanjutkan perjalanannya setelah sebelumnya aku meminta maaf kepadanya
Susah payah ia membawa sisa-sisa roti bekas sarapanku pagi tadi yang belum sempat kubersihkan dari meja makan
Kadang oleng ke kanan kadang ke kiri,
sesekali ia berhenti meletakkan barang bawaannya
sekedar mengumpulkan tenaganya sembari membasuh peluhnya yang mulai membasahi tubuh hitamnya
Kuikuti terus kemana ia pergi
Ingin tahu aku di pojok mana ia tinggal dari bagian rumahku ini
Ingin kutawarkan bantuan untuk membantunya membawakan makanan itu ke rumahnya,
tapi aku yakin ia pasti menolaknya
Berhentilah ia di sebuah sudut di samping lemari es sebelah dapur
Di depan sebuah lubang kecil yang menganga,
ia letakkan bawaannya itu dan kulihat seolah ia sedang memanggil-manggil semut-semut di dalam lubang itu
Satu, dua, tiga .... empat dan ....
lima semut-semut yang tubuhnya lebih kecil dari semut yang membawa makanan itu berlarian keluar rumah menyambut dengan sukaria makanan yang dibawa semut pertama itu
Dan, eh ... satu lagi semut yang besarnya sama dengan pembawa roti keluar dari lubang
Dengan senyumnya yang manis ia mendekati si pembawa roti,
menciumnya, memeluknya dan membasuh keringat yang sudah membasahi seluruh tubuh semut pembawa makanan itu
Hmmm ... menurutku, si pembawa roti itu adalah kepala keluarga dari semut-semut yang berada di dalam lubang tersebut
Kelima semut-semut yang lebih kecil adalah anak-anaknya
sementara satu semut lagi adalah istri di pembawa roti,
itu terlihat dari perutnya yang agak buncit
"Mungkin ia sedang mengandung anak ke enamnya"
pikirku
Semut suami yang sabar, ikhlas berjuang, gigih mencari nafkah dan penuh kasih sayang
Semut istri tawadhu' dan qonaah menerima apa adanya dengan penuh senyum setiap rizki yang dibawa oleh sang suami,
juga ibu yang selalu memberikan pengertian dan mengajarkan anak-anak mereka dalam mensyukuri nikmat Tuhannya
Dan, anak-anak semut itu,
subhanallah ...
Mereka begitu pandai berterima kasih dan menghargai pemberian ayah mereka meski sedikit
Sungguh suami yang dibanggakan,
sungguh istri yang membanggakan
dan sungguh anak-anak yang membuat ayah ibunya bangga
Astaghfirullah ..., tiba-tiba tubuhku menggigil,
lemas seperti tiada daya dan brukkk .... aku tersungkur
Kuciumi jalan-jalan yang pernah dilalui semut-semut itu
hingga menetes beberapa titik air mataku
Teringat semua di mataku ribuan wajah semut-semut yang pernah aku hajar 'mejret' hingga mati berkalang lantai
ketika mereka mencuri makananku
Padahal, mereka hanya mengambil sisa-sisa makanan,
padahal yang mereka ambil juga merupakan hak mereka atas rizki yang aku terima
Air mataku makin deras mengalir membasahi pipi,
semakin terbayang tangisan-tangisan anak-anak dan istri semut-semut itu yang tengah menanti ayah dan suami mereka,
namun yang mereka dapatkan bukan makanan melainkan justru seonggok jenazah
Ya, Allah ... keluarga semut itu telah mengajarkan kepadaku tentang perjuangan hidup,
tentang kesabaran, tentang harga diri yang harus dipertahankan ketika terusik,
tentang bagaimana mencintai keluarga dan dicintai mereka
Mereka ajari aku caranya mensyukuri nikmat Tuhan, \
tentang bagaimana perlunya ikhlas, sabar, tawadhu' dan qonaah dalam hidup
Hari-hari selanjutnya,
ketika hendak merebahkan tubuh di lantai di bagian manapun rumahku
aku selalu memperhatikan apakah aku menghambat dan menghalangi langkah atau jalan makhluk lainnya untuk mendapatkan rizki
Ingin rasanya aku hantarkan sepotong makanan setiap tiga kali sehari ke lubang-lubang tempat tinggal semut-semut itu
Tapi kupikir, lebih baik aku memberinya jalan
atau bahkan mempermudahnya agar ia dapat memperoleh dengan keringatnya sendiri rizki tersebut,
karena itu jauh lebih baik bagi mereka
(author : eramuslim)
***
Referensi :
Senin, 23 November @ 11:31
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-keluarga-semut.html
*
Sebuah Jam
~*~ Sebuah Jam ~*~
Alkisah, Seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya
"Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31.104.000 kali selama setahun?"
"Ha?,"
kata jam terperanjat
"Mana sanggup saya?"
Tukang jam pun terdiam....
"Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari?"
"ha...Delapan puluh ribu empat ratus kali?
Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?"
jawab jam penuh keraguan
Tukang jam pun terdiam....
"Bagaimana kalau 3.600 kali dalam satu jam?"
"Apaa..Dalam satu jam harus berdetak 3.600 kali?"
"Banyak sekali itu"
tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya
Tukang jam pun terdiam....
Lalu tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam
"Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?"
"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!"
kata jam dengan penuh antusias
Maka, setelah selesai dibuat,
jam itu berdetak satu kali setiap detiknya
Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu
dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh
dia telah berdetak tanpa henti
Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 86.400 kali dalam sehari..
dan 3.600 kali dalam satu jam..
dan tentu saja 31.104.000 kali selama setahun!!!
(*) Kesimpulan :
Sahabatku, Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang terasa begitu berat
Namun sebenarnya jika kita sudah menjalankannya, ternyata kita mampu,
bahkan sesuatu yang mungkin semula kita anggap tidak mungkin untuk dilakukan
Yakinlah kepada Allah!
Allah sudah mengukur kemampuan Hamba-hamba-Nya
Sesungguhnya bersamaan dengan kesulitan yang kita hadapi,
Ada kemudahan di dalamnya
Sahabatku, saya jadi teringat sebuah cerita dari grup IS3,
tentang anak yang bertanya kepada ayahnya,
"Ayah, bisakah seumur hidup, kita bersih tanpa dosa?"
tanya sang anak
Sang ayah hanya menggelengkan kepala.
"Gimana kalo setahun?"
tanyanya lagi
Ayahpun menggelengkan kepala sambil tersenyum,
"Kalo seminggu, gimana?"
tanyanya lagi
Ayah menjawab
"Masih berat anaku, kayaknya nggak mungkin..."
"Nah, kalo satu jam bersih tanpa dosa"
sang Ayah menjawab,
"hmm..kalo sejam itu mungkin, Insya Allah...."
"Jika demikian, aku akan berusaha hidup benar dari jam ke jam, ayah
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam,
sehingga aku dapat hidup dengan benar...."
Sang ayah terkejut, akan jawaban sang anak yang begitu dalam maknanya....
Silahkan sahabat simpulkan sendiri... ^_^
Jazakumullah telah membaca cerita ini,
semoga bermanfaat..
***
Referensi :
Minggu, 01 November @ 19:04
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-sebuah-jam.html
*
Salah Kirim e-mail
~*~ Salah Kirim e-mail ~*~
Sepasang suami isteri setengah baya yang sama-sama dari kalangan profesional merasa penat dengan kesibukan di ibukota
Mereka memutuskan untuk berlibur di Bali
Mereka akan menempati kembali kamar hotel yang sama dengan ketika mereka berhoneymoon saat menikah 30 tahun yang lalu
Karena kesibukannya, sang suami harus terbang lebih dahulu
dan isterinya baru menyusul keesokan harinya
Setelah check in di hotel di Bali,
sang suami mendapati pesawat komputer yang tersambung ke internet telah terpasang di kamarnya
Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya di kantornya di Jalan Sudirman, Jakarta
Celakanya, ia salah mengetik alamat e-mail isterinya
dan tanpa menyadari kesalahannya ia tetap mengirimkan e-mail tersebut
Dilain tempat di daerah Cinere,
seorang wanita baru kembali dari pemakaman suaminya yang baru saja meninggal
Setibanya di rumah, ia langsung mengecheck e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa
Baru saja selesai membaca e-mail yang pertama,
ia langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri
Anak sulungnya yang terkejut kemudian membaca e-mail tersebut
(tak lama kemudian jatuh pingsan juga), yang bunyinya :
(***)
To: Isteriku tercinta
Subject: Papah sudah sampai Mah !!!
Date: 18 Mei 2006
Aku tahu pasti kamu kaget tapi seneng dapat kabar dariku
Ternyata disini mereka udah pasang internet juga,
katanya biar bisa berkirim kabar buat orang-orang tercinta di rumah
Aku baru sampai dan sudah check-in
Katanya mereka juga sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok
Nggak sabar deh rasanya nungguin kamu
Semoga perjalanan kamu kesini juga mengasyikkan seperti perjalananku kemaren
Love you Mom,
Papah
O ya, mah, disini lagi panas-panasnya lho!
Kalau pada mau, anak-anak diajak aja .
(http://riky-r.blogspot.com/2009/02/salah-kirim-email.html)
(***)
Referensi :
Selasa, 17 November @ 02:16
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-salah-kirim-e-mail.html
*
Pelayan Yang Baik Hati
~*~ Pelayan Yang Baik Hati ~*~
Bertahun-tahun dahulu, pada malam hujan badai,
seorang laki-laki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobby hotel kecil
di Philadelphia
Mencoba menghindari hujan,
pasangan ini mendekati meja resepsionis untuk mendapatkan tempat bermalam
"Dapatkan anda memberi kami sebuah kamar disini ?"
tanya sang suami
Sang pelayan, seorang laki-laki ramah dengan tersenyum memandang kepada pasangan itu
dan menjelaskan bahwa ada tiga acara konvensi di kota
"Semua kamar kami telah penuh,"
pelayan berkata
"Tapi saya tidak dapat mengirim pasangan yang baik seperti anda keluar kehujanan pada pukul satu dini hari
Mungkin anda mau tidur di ruangan milik saya ?
Tidak terlalu bagus, tapi cukup untuk membuat anda tidur dengan nyaman malam ini"
Ketika pasangan ini ragu-ragu, pelayan muda ini membujuk
"Jangan khawatir tentang saya
Saya akan baik-baik saja,"
kata sang pelayan
Akhirnya pasangan ini setuju.
Ketika pagi hari saat tagihan dibayar,
laki-laki tua itu berkata kepada sang pelayan,
"Anda seperti seorang manager yang baik yang
seharusnya menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika
Mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk anda"
Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum
Mereka bertiga tertawa
Saat pasangan ini dalam perjalanan pergi,
pasangan tua ini setuju bahwa
pelayan yang sangat membantu ini sungguh suatu yang langka,
menemukan sesorang yang ramah bersahabat dan penolong
bukanlah satu hal yang mudah
Dua tahun berlalu
Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu
ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut
Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai
dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York,
meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut
Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York,
dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street
Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana,
sebuah istana dengan batu kemerahan,
dengan menara yang menjulang ke langit
"Itu,"
kata laki-laki tua
"adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola"
"Anda pasti sedang bergurau,"
jawab laki-laki muda
"Saya jamin, saya tidak..."
kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar
Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor,
dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel
Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt
Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia
untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia
(***)
Kesimpulan :
Sahabat perlakukanlah semua orang dengan sikap terbaik,
kemurahan dan ketulusan,
dan saya yakin kita akan mendapatkan hikmah besar
dari sikap terbaik tersebut...
Salam Motivasi...!
***
Referensi :
Rabu, 10 Februari 2010 @ 02:43
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2010/02/cerita-pelayan-yang-baik-hati.html
*
Cermin Kesuksesan
~*~ Cermin Kesuksesan ~*~
Dikisahkan, ada seorang pria yang sedang mengalami masalah bertubi-tubi
Rumah tangganya tidak harmonis
Bersamaan dengan itu, dia pun terkena perampingan karyawan di perusahaannya
sehingga dia harus berhenti bekerja
Pada waktu yang senggang, dia berpikir dan mengevaluasi diri
Apa yang salah dengan hidupku?
Mengapa aku gagal terus?
Bagaimana caranya untuk merubah kegagalan dengan kesuksesan?
Dimulailah pencarian jawaban atas pertanyaannya
dengan pergi ke toko buku dan membeli buku-buku yang dianggapnya mampu memberi jawaban
Setelah beberapa buku habis di baca,
dia merasa tidak puas dan tidak pula menemukan jawabannya
Tiba-tiba timbul inspirasi di pikirannya,
kenapa aku tidak menanyakan langsung saja ke penulis buku-buku itu?
Pasti akan lebih berhasil bila aku bisa mendapatkan petunjuk langsung dari si penulis
Maka ditemuilah si penulis buku
Setelah menceritakan semua kegagalan yang dialaminya,
dia berkata,
“Tuan penulis, tolong ajarkan kepada saya, rumus dan cara yang bisa membuat saya sukses”
Si penulis pun menjawab,
“Kalau anda membaca buku saya dengan teliti,
dan menjalankan dengan nyata ,
tentu akan ditemukan cara-cara menuju sukses”
”Saya sudah membaca habis, bahkan hafal isi buku anda,
tetapi tetap saja belum menemukan rumus sukses
Oleh karena itu, saya memutuskan untuk bertanya langsung”
Si penulis berpikir sejenak dan berkata,
“Baiklah, saya akan ketemukan kamu dengan seseorang
Biar dia yang memberitahu kamu bagaimana cara sukses dalam hidup ini”
Dengan gembira si pria bertanya,
“Dimana orang itu bisa saya temui?”
Si penulis mengajak pria itu ke sebuah kamar,
“Dia ada di dalam kamar ini”
Maka Pria itu pun mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam kamar
Namun dia heran karena tidak ada seorangpun di dalam kamar tersebut
yang ada hanya sebuah cermin besar
Lalu si Penulis berkata,
“Lihatlah ke cermin itu
Orang yang ada di cermin itu adalah sang penolong yang kamu cari untuk menunjukkan
bagaimana caranya meraih sukses
Sesungguhnya hanya kamu yang bisa menolong dirimu sendiri,
tanpa kamu berani memulai dari dirimu sendiri untuk berusaha dan berjuang
maka kamu tidak akan meraih sukses!”
Seketika itu juga si pemuda tersadar,
“Terima kasih pak penulis
Saya akan berusaha lebih tekun dan mengandalkan diri sendiri untuk mempraktekkan teori yang telah saya dapat dan pelajari!
(Sumber : kaskus.us)
(***)
Kesimpulan :
Sahabat, Hidup adalah rangkaian aktivitas yang kita lakukan setiap hari,
kalau perasaan malas, tidak disiplin, bimbang, ragu-ragu dan lain sebagainya menguasai diri kita,
tentu nasib buruklah yang kita dapat
Sukses bukanlah teori,
sebagai manusia yang telah di karuniai segenap kelebihan-kelebihan olah Tuhan,
kita harus berani mengembangkan diri dan mengandalkan diri sendiri untuk berpikir,
bergerak dan berjuang
Kalau mental kemandirian telah kita miliki,
dan tidak cengeng dalam menghadapi kesulitan hidup,
berani belajar dalam setiap tindakan yang kita ambil
maka pasti nasib kita akan berubah dan meraih sukses yang membanggakan!
Terimakasih telah membaca, dan...
SALAM MOTIVASI....!
***
Referensi :
kamis, 01 Juli 2010 @ 09:38
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2010/07/cerita-cermin-kesuksesan.html
*
Langganan:
Postingan (Atom)