Minggu, 15 Desember 2013

Meja Kayu



~*~  Meja Kayu  ~*~


Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya
Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun

Tangan orangtua ini begitu rapuh,
dan sering bergerak tak menentu
Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih

Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan
Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalany

Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun,
membuatnya susah untuk menyantap makanan
Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah

Saat si kakek meraih gelas,
segera saja susu itu tumpah membasahi taplak

Anak dan menantunya pun menjadi gusar
Mereka merasa direpotkan dengan semua ini

"Kita harus lakukan sesuatu"
ujar sang suami


"Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini."

Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan

Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian,
saat semuanya menyantap makanan
Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek


Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka,
terdengar isak sedih dari sudut ruangan
Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek
Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi
Anak mereka yang berusia 6 tahun hanya memandangi semua dalam diam

Suatu malam, sebelum tidur,
sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu
Dengan lembut ditanyalah anak itu

"Kamu sedang membuat apa?"

Anaknya menjawab,

"Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti
Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan"

Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul

Mereka tak mampu berkata-kata lagi
Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka

Walau tak ada kata-kata yang terucap,
kedua orangtua ini mengerti,
ada sesuatu yang harus diperbaiki


Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan
Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh,
makanan yang tumpah, atau taplak yang ternoda

Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama


(*) Kesimpulan :


Sahabatku,
cerita ini hanyalah refleksi dari secuil kisah kehidupan manusia yang tidak disadari berdampak pada masa depan,,,


hmm,, anak-anak adalah persepsi dari kita

Mata mereka akan selalu mengamati,
telinga mereka akan selalu menyimak,
dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan

Mereka adalah peniru
Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan,
hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak

Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari,
setiap "bangunan jiwa" yang disusun,
adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak
Untuk anak-anak kita,
untuk masa depan kita, untuk semuanya

Sebab, untuk merekalah kita akan selalu belajar,
bahwa berbuat baik pada orang lain,
adalah sama halnya dengan tabungan masa depan

semoga dari ini kita belajar bagaimana memperlakukan orang tua selayak nya,,,
dan mendidik anak-anak dengan cara yang bijak,,,

"suatu saat pun kita akan demikian,,
semakin tua,,renta,,,tiada daya,,,
dan anak-anak kitalah yang akan membantu kita kelak di masa tua,,,"


Jazakumullah,,,terima kasih telah membaca,,,
jikalau ada kesalahan dan cerita yang kurang berkenan kami mohon maaf,,,
dan semoga bermanfaat,,,



***
Referensi :
Rabu, 28 Oktober @ 08:26
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/10/cerita-meja-kayu.html
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar