Minggu, 15 Desember 2013

Secangkir Teh Pembawa Sial



~*~  Secangkir Teh Pembawa Sial  ~*~



Tak seperti biasa sebut saja Budi (bukan nama sebenarnya)
memulai harinya dengan wajah yang lesu

Semalam ia harus menyelesaikan tugas mata kuliah
karena memang esok adalah hari terakhir mengumpulkannya

Raut lesu dan sayup terlihat jelas
karena baru jam 3 pagi ia baru bisa terlelap
Padahal jadwal kuliah dimulai pukul delapan pagi

Pagi itu, sang ibu yang memaksa Budi untuk bangun
dan tak lupa ibunya menyiapkan sarapan ala kadarnya untuk keluarga
Menjadi kebiasaan dikala pagi,
Budi sekeluarga sarapan bersama

Namun, tak disangka pagi itu,
saat sarapan, adik perempuannya menumpahkan secangkir teh tepat disamping Budi

Tak pelak Budi terhenyak,
dan segala umpatan dan emosi keluar dari mulut Budi
Akibatnya sang adik pun menangis
dan menyebabkan ketinggalan naik bis sekolah.

Budi pun terpaksa harus mengantar adiknya
karena jarak sekolahnya cukup jauh

Kegiatan yang semula direncanakan mulai berantakan
Budi pun harus merelakan waktunya untuk mengantarkan adik

Di jalan ia memacu laju kendaraannya begitu cepat dan berbahaya
Namun sayang, jam sekolah telah dimulai
dan adiknya pun dianggap telat oleh gurunya

Hari itu menjadi hari terburuk Budi
Berawal dari teh yang tumpah,
seakan-akan menjadi kutukan dalam kejadian-kejadian berikutnya

Sang adik telat, ia pun juga
Bahkan yang lebih parah,
Budi kena tilang karena menerobos lampu lalulintas
dan mengendarai motor melampaui batas kecepatan

"kalau tau begini, tadi gak usah sarapan saja,,"
begitulah ungkapan sesal Budi


***

Sahabatku, apa yang telah terjadi diatas,
atau mungkin dengan versi yang berbeda dengan apa yang kita alami sehari-hari
adalah wujud dari ketidaksempurnaan kita untuk menguasai apa yang akan kita lakukan

Sahabatku, bukanlah salah karena Budi ditakdirkan menerima tumpahan teh dari adiknya
namun reaksi setelah itu yang menjadi penentu kenapa Budi bernasib buruk

"10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita"

"90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi/memberi respon"

Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian-kejadian yang menimpa kita
Kita tidak dapat mencegah kerusakan mobil
Pesawat mungkin terlambat,
dan mengacaukan seluruh jadwal kita

Seorang supir mungkin menyalip kita di tengah kemacetan lalu-lintas
dan Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini

Namun yang 90% lagi berbeda
itu adalah reaksi kita

Kita tidak dapat mengontrol lampu merah,
tapi dapat mengontrol reaksi kita

Kita tidak dapat mengontrol jatuhnya sebuah cangkir,
namun kita dapat mengendalikan reaksi! kita!

Kenapa Budi?
Karena reaksinya pagi itu


Kenapa hari nya buruk?

a) Karena secangkir teh yang tumpah?

b) Kecerobohan adiknya?

c) Polisi yang menilang?

d) Karena dirinya sendiri?

Jawaban-nya adalah D

Budi tidak dapat mengendalikan tumpahnya teh itu
Namun bagaimana reaksi-nya 5 detik kemudian itu,
yang menyebabkan harinya menjadi buruk

Ini yang mungkin terjadi jika ia bereaksi dengan cara yang berbeda

Teh tumpah di kemejanya
Adiknya sudah siap menangis
namun ia bisa dengan Lembut berkata,

"Tidak apa-apa sayang/adik,
lain kali kamu lebih hati-hati ya"

Budi pergi mengganti kemeja dengan tenang
dan melihat sang adik sedang naik ke dalam bus sekolah

Budi dapat tiba di kampus 5 menit lebih awal
karena tidak perlu berurusan dengan polisi,
dan dengan riang Menyalami para kawan...

Lihat perbedaannya
Dua skenario yang berbeda
Keduanya dimulai dari hal yang sama,
tapi berakhir dengan hal yang berbeda

Kenapa?
Karena REAKSI kita

Sungguh kita tidak dapat mengontrol 10% hal-hal yang terjadi
Tapi yang 90% lagi ditentukan oleh reaksi kita

Terima kasih telah membaca
dan semoga reaksi kita bisa lebih baik dalam menyikapi hal-hal diluar kehendak
dan keinginan kita

Ingat Tuhan punya rencana indah buat hamba-hambaNya,
namun IA pun berhak menilai seberapa jauh hambanya yang bertakwa...


SALAM MOTIVASI..





***
Referensi :
Minggu, 31 Januari 2010 @ 20:14
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2010/01/cerita-secangkir-teh-pembawa-sial.html
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar