Senin, 25 November 2013
Busur Panah
~*~ Cerita Panah ~*~
Suatu ketika, hiduplah seorang bijak yang mahir memanah
Dia, mempunyai 3 orang murid yang setia
Ketiga pemuda tersebut, amatlah tekun menerima setiap pelajaran yang diberikan oleh guru tuanya itu
Mereka bertiga sangat patuh, dan tumbuh menjadi 3 orang pemanah yang ulung
Telah banyak buruan yang mereka dapatkan
Bidikan mereka bertiga sangatlah jitu
Sampai suatu ketika, tibalah saat untuk ujian bagi ketiganya
Sang guru, kemudian memilih lokasi ujian di sekitar tempat mereka belajar
Pilihannya jatuh pada sebuah pohon besar dengan latar belakang gunung yang indah
Di letakkannya sebuah burung-burungan kayu, pada cabang pohon itu
Setelah mengambil jarak beberapa puluh meter, Ia lalu berkata,
"Muridku, lihatlah ke arah gunung itu, apa yang akan kau bidik.."
Murid pertama maju ke depan
Busur dan anak panah telah disiapkan
Dengan lantang, ia menjawab,
"Aku melihat sebuah batang pohon
Itulah sasaran bidikanku..."
Sang guru tersenyum
Ia memberikan tanda, agar muridnya itu menunda bidikannya
Sesaat kemudian, murid yang kedua pun melangkah mendekat
"Bukan. Aku melihat sebuah burung
Itulah sasaran bidikanku
Biarkan aku memanahnya Guru. Nanti"
seru murid itu
"kita bisa memanggang burung yang lezat untuk makan siang..."
Sang guru kembali tersenyum
Diisyaratkan tanda agar jangan memanah dulu
Ia bertanya kepada murid yang ketiga
"Apa yang kau lihat ke arah gunung itu?"
Murid ketiga terdiam
Ia mengambil sebuah anak panah
Di rentangkannya tali busur,
dibidiknya ke arah pohon tadi
Tali-tali itu menegang kuat
"Aku hanya melihat bola mata seekor burung-burungan kayu
Itulah bidikanku"
Diturunkannya busur itu
Tali-tali panah tak lagi meregang
Sang Guru kembali tersenyum,
namun kali ini, dengan rasa bangga yang penuh
"Muridku, sejujurnya, kalian semua layak untuk lulus ujian ini
Namun, ada satu hal yang perlu kalian ingat dalam memanah
Fokus. Sekali lagi, fokus...
Tentukan bidikan kalian dengan cermat
Tujuan yang jelas, akan selalu meniadakan hal-hal yang menjadi penganggunya"
Ia kembali melanjutkan,
"Sebuah keberhasilan bidikan,
akan ditentukan dari tingkat kesulitan yang dihadapinya
Sebuah pohon besar dan burung,
tentu adalah sasaran yang paling mudah untuk di dapat
Namun, bisa mendapatkan bidikan pada bola mata burung-burungan kayu,
itulah yang perlu kalian terus latih"
(*) Kesimpulan :
Sahabatku, memanah, adalah sama halnya dengan hidup
Kita pun perlu mempunyai fokus
Kita butuh sasaran dan tujuan
Memang, selalu ada banyak godaan-godaan pilihan yang harus di bidik
Selalu ada ribuan sasaran yang akan kita tuju dalam hidup
Ada bidikan yang mudah, dan ada pula bidikan yang sangat mudah
Namun, kita harus jeli
Kita wajib untuk cermat
Dan, sudahkan kita tentukan tujuan hidup kita dengan jeli,
dengan cermat?
Tujuan yang terfokus,
mungkin bukanlah hadir pada hal-hal yang besar
Tujuan yang terfokus,
kerap ada pada sesuatu yang kecil,
yang kadang sering dianggap remeh
Sahabat, selalu ada banyak hiasan-hiasan dan marginalia yang muncul pada setiap tujuan hidup kita
Kadang, hiasan itu terlampau indah,
dan membuat kita terpesona,
lupa akan tujuan kita sesungguhnya
Marginalia itu kadang begitu menggoda,
dan mengaburkan pandangan kita untuk menentukan fokus...
Dan sahabat, mari, bidiklah setiap sasaran itu dengan jeli
Siapkanlah "busur dan panah" hidup kita dengan cermat
Bukankah, nilai dalam lomba memanah itu
Akan diukur dari lingkaran yang terkecil?
Dari sanalah nilai terbesar akan kita dapatkan?!!
Karena saya percaya,
hidup adalah sama dengan memanah,
dengan Allah sebagai "wasit penentunya"
Wallahu a'lam
jazakallah telah membaca cerita ini...
semoga bermanfaat
***
Referensi :
Minggu, 01 November @ 19:04
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/11/cerita-panah.html
*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar