Minggu, 24 November 2013
Harta Yang Sebenarnya
~*~ Harta Kita Yang Sebenarnya ~*~
Sahabat...
Kita sering salah menyikapi HARTA KITA YANG SEBENARNYA milik kita,
banyak orang menumpuk hartanya di bank, investasi saham, membeli tanah, rumah, mobil dan lains sebagainya
Apakah benar itu milik kita yang sebenarnya???
Untuk menjawabnya marilah kita belajar dengan kisah Ibu Ella yang sangat sederhana ini:
(***)
Ibu Ela adalah wanita yang pekerjaannya mengumpullkan sampah plastik dari kemasan
Cuma untuk memperolehnya, dia harus memungutnya di sungai
wanita paruh baya, kurus, rambutnya diikat ke belakang,
banyak warna putihnya itu berumur 54 tahun,
inilah petikan wawancara tim Uang Kaget RCTI dengan Bu Ela
“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum salam. Ada apa ya Pak?”
tanya Ibu Ela
“Saya dari tabloid An Nuur, mendapat cerita dari seseorang untuk menemui Ibu
Kami mau wawancara sebentar, boleh Bu…?
saya menjelaskan, dan mengunakan ‘Tabloid An Nuur’ sebagai ‘penyamaran’
“Oh.. boleh, silahkan masuk...”
Ibu Ela, masuk lewat pintu belakang
Saya menunggu di depan
Tak beberapa lama, lampu listrik di ruang tengahnya nyala,
dan pintu depan pun dibuka
“Silahkan masuk…”
Saya masuk ke dalam ‘ruang tamu’ yang diisi oleh dua kursi kayu yang sudah reot
Tempat dudukannya busa yang sudah bolong di bagian pinggir
Rupanya Ibu Ela hanya menyalakan lampu listrik jika ada tamu saja
Kalau rumahnya ditinggalkan, listrik biasa dimatikan
Berhemat katanya.
“Sebentar ya Pak, saya ambil air minum dulu”
kata Ibu Ela
Yang dimaksud Ibu Ela dengan ambil air minum adalah menyalakan tungku dengan kayu bakar
dan diatasnya ada sebuah panci yang diisi air
Ibu Ela harus memasak air dulu untuk menyediakan air minum bagi tamunya
“Iya Bu.. ngga usah repot-repot”
Kata saya ngga enak
Kami pun mulai ngobrol, atau ‘wawancara’
Ibu Ela ini usianya 54 tahun,
pekerjaan utamanya mengumpulkan plastic dan menjualnya seharga Rp 7.000 per kilo
Ketika saya Tanya aktivitasnya selain mencari plastic,
“Mengaji…”
katanya
“Hari apa aja Bu…?”
Tanya saya
“Hari senin, selasa, rabu, kamis, sabtu…”
jawabnya
Hari Jum’at dan Minggu adalah hari untuk menemani Ibunya yang dirawat di rumahnya
Oh.. jadi mengaji rupanya yang jadi aktivitas paling banyak
Ternyata dalam pengajian itu, biasanya ibu-ibu pengajian yang pasti mendapat minuman kemasan, secara sukarela
dan otomatis akan mengumpulkan gelas kemasan air mineral dalam plastik dan menjadi oleh-oleh untuk Ibu Ela
Hmm, sambil menyelam minum air rupanya
Sambil mengaji dapat plastik
Saya tanya lagi,
“Paling jauh pengajiannya dimana Bu?”
“Di dekat terminal Bubulak, ada mesjid taklim tiap Sabtu
Saya selalu hadir; ustadznya bagus sih…”
kata Ibu Ela
“Kesana naik mobil dong..?”
tanya saya
“Saya jalan kaki”
kata Ibu Ela
“Kok jalan kaki…?”
tanya saya penasaran
Penghasilan Ibu Ela sekitar Rp 7.000 sehari
Saya mau tahu alokasi uang itu untuk kehidupan sehari-harinya
Bingung juga bagaimana bisa hidup dengan uang Rp 7.000 sehari
“Iya.. mas, saya jalan kaki dari sini
Ada jalan pintas, walaupun harus lewat sawah dan jalan kecil
Kalau saya jalan kaki, khan saya punya sisa uang Rp 2.000 yang harusnya buat ongkos,
nah itu saya sisihkan untuk sedekah ke ustadz…”
Ibu Ela menjelaskan
“Maksudnya, uang Rp 2.000 itu Ibu kasih ke pak Ustadz?”
Saya melongo
Khan Ibu ngga punya uang, gumam saya dalam hati
“Iya, yang Rp 2.000 saya kasih ke Pak Ustadz… buat sedekah”
Kata Ibu Ela, datar
“Kenapa Bu, kok dikasihin?”
saya masih bengong
“Soalnya, kalau saya sedekahkan, uang Rp 2.000 itu
udah pasti milik saya di akherat, dicatet sama Allah…
Kalau uang sisa yang saya miliki bisa aja rezeki orang lain,
mungkin rezeki tukang beras, tukang gula, tukang minyak tanah…”
Ibu Ela menjelaskan
kedengarannya jadi seperti pakar pengelolaan keuangan keluarga yang hebat
Dzig!
Saya seperti ditonjok Cris John
Telak!
Ada rambut yang serempak berdiri di tengkuk dan tangan saya
Saya Merinding!
Ibu Ela tidak tahu kalau dia berhadapan dengan saya,
seorang sarjana ekonomi yang seumur-umur belum pernah menemukan teori pengelolaan keuangan seperti itu
Jadi, Ibu Ela menyisihkan uangnya, Rp 2.000 dari Rp 7.000 sehari
untuk disedekahkan kepada sebuah majlis karena berpikiran bahwa
itulah yang akan menjadi haknya di akherat kelak?
‘Wawancara’ yang sebenarnya jadi-jadian itu pun segera berakhir
Saya pamit dan menyampaikan bahwa kalau sudah dimuat,
saya akan menemui Ibu Ela kembali,
mungkin minggu depan
Saya sebenarnya on mission,
mencari orang-orang seperti Ibu Ela yang cerita hidupnya bisa membuat ‘merinding’..
Saya sudah menemukan kekuatan dibalik kesederhanaan
Keteguhan yang menghasilkan kesabaran
Ibu Ela terpilih untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa
dan tak terduga
Minggu depannya, saya datang kembali ke Ibu Ela,
kali ini bersama dengan tim kru televisi
dan seorang presenter kondang yang mengenakan tuxedo, topi tinggi, wajahnya dihiasai janggut palsu,
mengenakan kaca mata hitam dan selalu membawa tongkat
Namanya Mr. EM (Easy Money)
Kru yang bersama saya adalah kru Uang Kaget,
program di RCTI yang telah memilih Ibu Ela sebagai ‘bintang’ di salah satu episode yang menurut saya salah satu yang terbaik
Saya mengetahuinya, karena dibalik kacamata hitamnya,
Mr. EM seringkali tidak kuasa menahan air mata yang membuat matanya berkaca-kaca
Tidak terlihat di televisi,
tapi saya merasakannya
Ibu Ela mendapatkan ganti dari Rp 2.000 yang disedekahkannya
dengan Rp 10 juta dari uang kaget
Entah berapa yang Allah akan ganti di akherat kelak
Ibu Ela membeli beras, kulkas, makanan, dll
untuk melengkapi rumahnya
Entah apa yang dibelikan Allah untuk rumah indahnya di akherat kelak...
Sahabat...
Hidup ini fana...
sementara...
Kita diberi waktu di dunia ini untuk menyiapkan KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA di akhirat
Barang siapa yang mengumpulkan hartanya hanya untuk KEDUNIAAN
maka itu semua PASTI akan DITINGGALKAN...
Tetapi barang siap mengumpulkan hartanya untuk NEGERI AKHIRAT,
maka kita PASTI akan MENDATANGINYA....
Sudahkah kita menyiapkan HARTA KITA YANG SEBENARNYA di akherat?
(Kiriman : Ogy Adna)
Trimakasih telah membaca Sahabat...!
SALAM MOTIVASI...!
***
Referensi :
Selasa, 13 Februari 2010 @ 07:58
Oleh Ogy Adna
http://ceceem.blogspot.com/2010/04/cerita-harta-kita-yang-sebenarnya.html
*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar