Selasa, 05 November 2013

Teriakan Untuk Anak



~*~  Teriakan Untuk Anak  ~*~



Suatu ketika di sebuah sekolah,
Diadakan pementasan drama
Pentas drama yang meriah, dengan pemain yang semuanya siswa-siswi disana


Setiap anak mendapat peran, dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang diperankannya
Semuanya tampak serius, sebab Pak Guru akan memberikan hadiah kepada anak yang tampil terbaik dalam pentas
Sementara di depan panggung, semua orangtua murid ikut hadir dan menyemarakkan acara itu


Lakon drama berjalan dengan sempurna
Semua anak tampil dengan maksimal

Ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya,
ada juga yang menjadi nelayan, dengan jala yang disampirkan di bahu

Di sudut sana, tampak pula seorang anak dengan raut muka ketus,
sebab dia kebagian peran pak tua yang pemarah,
sementara di sudut lain, terlihat anak dengan wajah sedih,
layaknya pemurung yang selalu menangis


Tepuk tangan dari para orangtua dan guru kerap terdengar,
di sisi kiri dan kanan panggung


Tibalah kini akhir dari pementasan drama
Dan itu berarti, sudah saatnya Pak Guru mengumumkan siapa yang berhak mendapat hadiah
Setiap anak tampak berdebar dalam hati,
berharap mereka terpilih menjadi pemain drama yang terbaik


Dalam komat-kamit mereka berdoa,
supaya Pak Guru akan menyebutkan nama mereka,
dan mengundang ke atas panggung untuk menerima hadiah


Para orangtua pun ikut berdoa,
membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik


Pak Guru telah menaiki panggung,
dan tak lama kemudian ia menyebutkan sebuah nama

Ahha... ternyata, anak yang menjadi pak tua pemarah lah yang menjadi juara
Dengan wajah berbinar, sang anak bersorak gembira


"Aku menang..."
begitu ucapnya


Ia pun bergegas menuju panggung,
diiringi kedua orangtuanya yang tampak bangga


Tepuk tangan terdengar lagi
Sang orangtua menatap sekeliling,
menatap ke seluruh hadirin
Mereka bangga

Pak Guru menyambut mereka
Sebelum menyerahkan hadiah,
ia sedikit bertanya kepada sang jagoan,


"Nak, kamu memang hebat. Kamu pantas mendapatkannya
Peranmu sebagai seorang yang pemarah terlihat bagus sekali
Apa rahasianya ya, sehingga kamu bisa tampil sebaik ini?
Kamu pasti rajin mengikuti latihan,
tak heran jika kamu terpilih menjadi yang terbaik.."
tanya Pak Guru


"Coba kamu ceritakan kepada kami semua,
apa yang bisa membuat kamu seperti ini.."


Sang anak menjawab,
"Terima kasih atas hadiahnya Pak
Dan sebenarnya saya harus berterima kasih kepada Ayah saya dirumah
Karena, dari Ayah lah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah
Kepada Ayah lah saya meniru perilaku ini
Ayah sering berteriak kepada saya,
maka, bukan hal yang sulit untuk menjadi pemarah seperti Ayah"


Tampak sang Ayah yang mulai tercenung
Sang anak mulai melanjutkan,

"..Ayah membesarkan saya dengan cara seperti ini,
jadi peran ini, adalah peran yang mudah buat saya..."


Senyap
Usai bibir anak itu terkatup,
keadaan tambah senyap
Begitupun kedua orangtua sang anak di atas panggung,
Mereka tampak tertunduk



Jika sebelumnnya mereka merasa bangga,
Kini keadaannya berubah
Seakan, mereka berdiri sebagai terdakwa, di muka pengadilan

Mereka belajar sesuatu hari itu
Ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka



(*) Kesimpulan :

Sahabatku, setiap anak, adalah duplikat dari orang di sekitarnya
Setiap anak adalah peniru, dan mereka belajar untuk menjadi salah satu dari kita

Mereka akan belajar untuk menjadikan kita sebagai contoh,
sebagai panutan dalam bertindak dan berperilaku

Mereka juga akan hadir sebagai sosok-sosok cermin bagi kita,
tempat kita bisa berkaca pada semua hal yang kita lakukan
Mereka laksana air telaga yang merefleksikan bayangan kita saat kita menatap dalam hamparan perilaku yang mereka perbuat

Namun sayang, cermin itu meniru pada semua hal
Baik, buruk, terpuji ataupun tercela,
di munculkan dengan sangat nyata bagi kita yang berkaca


Cermin itu juga menjadi bayangan apapun yang ada di depannya
Telaga itu adalah juga pancaran sejati terhadap setiap benda di depannya

Kita tentu tak bisa, memecahkan cermin atau mengoyak ketenangan telaga itu,
saat melihat gambaran yang buruk
Sebab, bukankah itu sama artinya dengan menuding diri kita sendiri?


Sahabatku, saya ingin berpesan kepada kita semua,
"berteriaklah kepada anak-anak kita saat kita marah,
maka, kita akan membesarkan seorang pemarah
Bermuka ketuslah kepada mereka saat kita marah,
maka kita akan membesarkan seorang pembenci,
dan biarkanlah mulut dan tangan kita yang bekerja saat kita marah,
maka kita akan belajar menciptakan seorang yang penuh dengki..."


Peran apakah yang sedang kita ajarkan kepada anak-anak kita saat ini?
Contoh apakah yang sedang kita berikan kali ini?
Dan panutan apakah yang sedang kita tampilkan?


Teman, percayalah,
mereka akan selalu belajar dari kita,
dari orang yang terdekatnya,
dari orang yang mencintainya

Merekalah lingkaran terdekat kita,
tempat mereka belajar,
menerima kasih sayang,
dan juga tempat mereka meniru dalam berperilaku


Saya berharap, bisa menjadi orang yang sabar
saat melihat seorang anak menumpahkan air di gelas yang mereka pegang

Saya berharap menjadi orang yang ikhlas,
saat melihat mereka memecahkan piring makan mereka sendiri

Sebab, bukankah mereka baru "belajar" memegang gelas dan piring itu selama 5 tahun,
sedangkan kita telah mengenalnya sejak lebih 20 tahun?

Tentu mereka akan butuh waktu untuk bisa seperti kita.

Jazakumullah telah membaca cerita ini....







***
Referensi :
Senin, 26 Oktober @ 20:02
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/10/cerita-teriak.html
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar