Minggu, 24 November 2013
Mantel Kuning
~*~ Mantel Kuning ~*~
Rinai hujan selalu membuat saya terharu
Rintiknya, mengingatkan pada masa-masa yang telah lalu
Begitu pula hari ini
Dulu, sewaktu kecil, saya ingin sekali punya mantel hujan
Kuning, itu warna yang saya inginkan
Teman-teman saya yang lain telah memilikinya,
dan mereka tampak gagah dengan mantel itu
Untuk anak kelas 2 SD,
semua yang berwarna cerah, akan selalu tampak indah
Namun sayang, Ibu tak punya cukup uang untuk membelinya
Walau sempat kecewa, saya harus menurut,
dan menahan keinginan untuk mempunyai mantel kuning itu
Walau begitu, saya tetap kesal
Dan rasa itu memuncak ketika saya harus pulang dari sekolah
Hari itu hujan begitu deras
Saya makin kecewa dengan Ibu
Sebab, jika ada mantel, tentu saya tak perlu kena hujan,
dan bisa bergabung bersama teman-teman yang lain
Kesal, dan marah, begitulah yang saya rasakan saat itu
Sementara yang lain tertawa dan menikmati hujan,
saya harus berjalan pulang dengan tubuh yang basah kuyup
Ah..di tengah perjalanan, saya bertemu dengan Ibu
Dia tampak membawakan payung untuk saya
Karena terlanjur marah, saya tak menerima payung itu, dan ngambek,
untuk tetap pulang tanpa payung
Walau begitu, ia tampak ingin melindungi saya dengan payungnya
Mendekap, agar saya tak terlalu basah terkena hujan
Hujan makin deras, dan kami pun berjalan pulang,
walau saya tetap ngambek dan menolak untuk di payungi
Sesampainya di rumah, tingkah itu terus saya perbuat
Saya tetap menolak untuk berganti pakaian
Akhirnya dengan sedikit terpaksa, hal itu saya selesaikan
Ibu, kemudian datang dengan handuk,
dan langsung menyelubungi saya dengan handuk itu
Ada kehangatan yang segera menyergap
Saya menjadi lebih tenang
Tetap, tak ada kata-kata yang keluar dari Ibu,
selain terus menghangatkan saya dengan handuk itu
Tangannya terus membersihkan setiap air hujan yang ada di badan
Diseka nya kepala saya, agar tak nanti tak membuat sakit
Masih dalam diam, Ibu kemudian memberikan pakaian ganti
Setelah itu, dia masih menyodorkan teh manis hangat buat saya
Ya, segelas teh manis,
sebab, susu coklat, adalah hal yang jarang saya rasakan saat itu
Ya, kehangatan kembali hadir dalam tubuh
Walau saya mungkin tak mengerti apapun,
saya yakin, ada kehangatan lain yang diberikan Ibu saat itu
(*) Kesimpulan :
Ya, Sahabatku, begitulah kasih seorang ibu
Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning seperti yang saya impikan
Namun, payungnya telah membuat saya aman
Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning untuk terhindar dari hujan,
namun, dekapannya membuat saya terhindar dari apapun
Ibu mungkin tak mampu membelikan saya mantel kuning itu,
namun, handuk hangatnya melebihi setiap kehangatan yang mampu diberikan setiap mantel
Ibu mungkin tak mampu membelikan mantel kuning,
namun, usapan lembutnya, adalah segalanya buat saya
Ibu mungkin tak menjemput saya dengan mobil atau kendaraan lain,
namun lingkaran tangannya di tubuh saya, adalah dekapan yang paling indah
Ibu mungkin tak bisa memberikan susu coklat,
namun, teh manisnya, lebih berharga dari apapun
Ibu mungkin tak bisa memberikan saya banyak hal lain,
namun, dekapan, usapan, uluran tangan, perhatian, kasih sayang, sudah cukup sebagai penggantinya
Ya, rintik hujan selalu membuat saya terharu
Terima kasih buat Ibu yang tak membelikan saya mantel kuning
Karena, apa yang telah diberikannya selama ini,
jauh melampaui semuanya
(cerita ini saya dapatkan dari adiku tersayang)
Jazakumullah telah membaca cerita ini...
semoga bermanfaat
***
Referensi :
Rabu, 28 Oktober @ 08:02
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2009/10/cerita-mantel-kuning.html
*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar