Jumat, 02 Mei 2014

Bocah Penjual Koran




~*~  Bocah Penjual Koran  ~*~



Pagi itu seperti biasa saya berangkat pagi setelah subuh dari rumah,
ke tempat penyimpanan motor di bilangan cawang, uki,
walau sering terlambat, kali ini saya datang labih awal ketempat menunggu bis antar jemput yang membawa saya ke kantor,
saya menyukai naik bus jemputan karena lelah berkendara dari Depok ke Cikarang
Tidak tahan kemacetan ibu kota


Seperti biasa saya duduk bersama rekan-rekan sambil menunggu jemputan
Tetapi karena saya datang lebih awal,
munculah seorang bocah lelaki yang seperti biasa menawarkan koran kepada semua penduduk shelter


”Koran, koran, Kompas, Media, Tempo, Republika, Warta kota!”
begitu teriak bocah laki-laki tersebut menawarkan koran kepada kami


“Koran, Bang!”
Dia menawariku untuk membeli koran


Tangan mungilnya dengan cekatan memilih koran yang kuminta diantara tumpukan koran dagangannya

”Ini Bang, korannya”
Dia memberi koran yang aku minta kepadanya


“Nih ada kembaliannya enggak?”
kataku sambil menyodorkan uang Rp 50.000 kepadanya
(sumpah ni orang niat beli gak sihh?) >>> kata penulis,hehe


“Beres Bang, pasti ada”
segera dikeluarkan kembaliannya dari tas gembloknya yang kotor


“Wah pagi-pagi uangnya udah banyak ya”
kataku kepada bocah tersebut


“Allhamdulilah Bang, rezeki saya lagi lancar”
katanya sambil tersenyum senang


Dan setelah itu diapun berlalu menawarkan Koran kepada para penghuni shelter lainnya

Saat ini pukul 05.20, masih terlalu lama jemputanku datang,
maka saya menyempatkan membaca koran yang tadi saya beli pada bocah tukang koran tersebut


Tanpa sadar saya memperhatikan betapa gigih seorang bocah tukang koran tersbut mencari uang,
dengan menawarkan daganganya kepada semua orang yang datang dan pergi silih berganti


Sepintas tampak keringat membasahi wajahnya yang tegar dalam usia belia harus berjuang memperoleh uang secara halal dan sebagai pekerja keras

”Koran, Mbak, ada tabloid, ada berita selebritisnya nih Mbak, atau ini, ada kabar artis bercerai”
katanya bagai seorang marketing ulung tanpa menyerah dia menawarkan koran kepada seorang wanita setengah baya yang pada akhirnya menyerah dan membeli satu tabloid yang disebut sang bocah tersebut


Sambil memperhatikan terbersit rasa kagum dan rasa haru kepada bocah tersebut,
dan memperhatikan betapa gigihnya dia berusaha,
hanya tampak senyum ceria yang membuat semua orang yang ditawarinya tidak marah

Tidak terdapat sedikit pun rasa putus asa dalam dirinya,
walaupun terkadang orang yang ditawarinya tidak membeli korannya

Sesaat mungkin bocah tersebut lelah menawarkan korannya,
dan dia terduduk disampingku,

“Kamu enggak sekolah, Dik?”
tanyaku kepadanya


“Enggak, Bang, saya tidak ingin sekolah tinggi-tinggi”
katanya


“Enggak ada biaya, Dik?"
tanyaku menyelidik


“Bukan Bang, walau saya tukang koran, saya punya cita-cita”
jawabnya


“Maksudnya, 'kan dengan sekolah kamu bisa mewujudkan cita-cita kamu dengan lebih mudah”
kataku menjawab


“Aku sering baca koran, Bang,
banyak orang yang telah sekolah tinggi bahkan sarjana tidak bekerja alias nganggur
Mending saya walau sekolah tidak tinggi saya punya penghasilan, Bang,”
katanya berusaha menjelaskan kepadaku


“Abangku tidak sekolah bisa buka agen koran
Penghasilan sebulannya bisa 3-4 juta, Bang
Saya baca di koran, gaji pegawai honorer cuma 700 ribu,
jadi buat apa saya sekolah, Bang”
tanyanya kepadaku


Saya mengerutkan kening,
tertanda saya tekejut dengan jawaban bocah kecil tersebut
pemikiran yang tajam,
dan sebuah keritik yang dalam buat saya yang seorang sarjana


Dalam hati saya membenarkan perkataan anak tersebut,
UMR kota bekasi saja sekitar 900 ribu untuk golongan SMU
Saya pun tersenyum mendengar jawaban anak tersebut


Kemudian bus jemputan saya pun tiba dan saya meninggalkan bocah tersebut
tanpa bisa menjawab pertanyaanya,
apa tujuan kita sekolah, menjadi sarjana?
Karena banyak sarjana sekarang yang begitu lepas kerja mengaggur,
tidak punya penghasilan,
dan banyak juga karena belum bisa bekerja yang melanjutkan S2 dengan alasan ingin mengisi waktu luang
dan menambah nilai jual dirinya
Tapi pernyataan bocah penjual koran tersebut menyadarkan saya
tentang rejeki dan tujuan dari bersekolah,
yang saat ini saya mungkin kalah dengan bocah kecil tersebut,
walau saya seorang yang mempunyai penghasilan
dan mempunyai suatu jabatan saya hanyalah manusia gajian,
saya hanya seorang buruh

Beda dengan bocah kecil tersebut,
dalam usia belia dia sudah bisa menjadi majikan untuk dirinya sendiri
Sungguh hebat pemikiran lugu bocah penjual koran tersebut

pembalajaran yang menarik dari seorang bocah kecil
yang setiap hari kutemui
Rezeki Tuhan sungguh tidak terbatas,
tinggal kemauan kita untuk dapat berusaha menggapainya


Pelajaran dapat di peroleh tidak hanya di pendidikan formal,
Dan dunia pun banyak memberi pelajaran untuk kita


Dan ingatlah ....
Rezeki itu bukan hanya tentang uang
Rezeki itu meliputi semua rahmat tuhan bagi kita
bisa berupa kesehatan, kedamaian, ilmu, keluarga bahagia, nama baik
dan hal lainnya


Semoga bermanfaat







***
Referensi :
Kamis, 12 Juni 2008 @ 11:55
http://cuver.wordpress.com/2008/06/12/pelajaran-dari-bocah-penjual-koran-2/
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar