Jumat, 02 Mei 2014

Kisah Tekad Hani




~*~  Kisah Tekad Hani  ~*~


Namanya Hani
Hani Irmawati
Ia adalah gadis pemalu, berusia 17 tahun
Tinggal di rumah berkamar dua bersama dua saudara dan orangtuanya
Ayahnya adalah penjaga gedung
dan ibunya pembantu rumah tangga
Pendapatan tahunan mereka, tidak setara dengan biaya kuliah sebulan di Amerika.


Pada suatu hari, dengan baju lusuh,
ia berdiri sendirian di tempat parkir sebuah sekolah internasional
Sekolah itu mahal, dan tidak menerima murid Indonesia
Ia menghampiri seorang guru yang mengajar bahasa Inggris di sana
Sebuah tindakan yang membutuhkan keberanian besar untuk ukuran gadis Indonesia

“Aku ingin kuliah di Amerika”
tuturnya, terdengar hampir tak masuk akal
Membuat sang guru tercengang, ingin menangis mendengar impian gadis belia yang bagai pungguk merindukan bulan


Untuk beberapa bulan berikutnya,
Hani bangun setiap pagi pada pukul lima
dan naik bis kota ke SMU-nya
Selama satu jam perjalanan itu, ia belajar untuk pelajaran biasa
dan menyiapkan tambahan pelajaran bahasa Inggris yang didapatnya dari sang guru sekolah internasional itu
sehari sebelumnya

Lalu pada jam empat sore,
ia tiba di kelas sang guru
Lelah, tapi siap belajar

“Ia belajar lebih giat daripada kebanyakan siswa ekspatriatku yang kaya-kaya”
tutur sang guru


“Semangat Hani meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan bahasanya,
tetapi aku makin patah semangat”

Hani tak mungkin memenuhi syarat untuk mendapatkan beasiswa dari universitas besar di Amerika
Ia belum pernah memimpin klub atau organisasi,
karena di sekolahnya tak ada hal-hal seperti itu
Ia tak memiliki pembimbing dan nilai tes standar yang mengesankan,
karena tes semacam itu tak ada


Namun, Hani memiliki tekad lebih kuat daripada murid mana pun

“Maukah Anda mengirimkan namaku?”
pintanya untuk didaftarkan sebagai penerima beasiswa


“Aku tak tega menolak
Aku mengisi pendaftaran, mengisi setiap titik-titik dengan kebenaran yang menyakitkan tentang kehidupan akademisnya,
tetapi juga dengan pujianku tentang keberanian dan kegigihannya”
ujar sang guru


“Kurekatkan amplop itu dan mengatakan kepada Hani
bahwa peluangnya untuk diterima itu tipis, mungkin nihil”


Pada minggu-minggu berikutnya,
Hani meningkatkan pelajarannya dalam bahasa Inggris
Seluruh tes komputerisasi menjadi tantangan besar bagi seseorang yang belum pernah menyentuh komputer

Selama dua minggu ia belajar bagian-bagian komputer dan cara kerjanya
Lalu, tepat sebelum Hani ke Jakarta untuk mengambil TOEFL,
ia menerima surat dari asosiasi beasiswa itu


“Inilah saat yang kejam. Penolakan”
pikir sang guru

Sebagai upaya mencoba mempersiapkannya untuk menghadapi kekecewaan,
sang guru lalu membuka surat dan mulai membacakannya:

Ia diterima! Hani diterima


“Akhirnya aku menyadari bahwa akulah yang baru memahami sesuatu yang sudah diketahui Hani sejak awal:
bukan kecerdasan saja yang membawa sukses,
tapi juga hasrat untuk sukses,
komitmen untuk bekerja keras,
dan keberanian untuk percaya akan dirimu sendiri”
tutur sang guru menutup kisahnya


Kisah Hani ini diungkap oleh sang guru bahasa Inggris itu, Jamie Winship,
dan dimuat di buku “Chicken Soup for the College Soul”,
yang edisi Indonesianya telah diterbitkan

Tentu kisah ini tidak dipandang sebagai kisah biasa oleh Jack Canfield,
Mark Victor Hansen, Kimberly Kirberger, dan Dan Clark
Ia terpilih diantara lebih dari delapan ribu kisah lainnya
Namun, bukan ini yang membuatnya istimewa

Yang istimewa, Hani menampilkan sosoknya yang berbeda
Ia punya tekad
Tekad untuk maju
Maka, sebagaimana diucapkan Tommy Lasorda,

“Perbedaan antara yang mustahil dan yang tidak mustahil terletak pada tekad seseorang”

semakin kuat tekad yang dimiliki kita
semakin besar peluang dan hasil yang akan kita gapai




Anda memiliki tekad itu?


***
Referensi :
Senin, 22 Juni 2009
http://cosmiclove12.wordpress.com/2009/06/22/hani-chicken-soup-for-the-college-soul/
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar