Sabtu, 03 Mei 2014

Los Felidas




~*~  Satu Jam Saja  ~*~


Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan,
yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota .

Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang,
dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil
Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya,
tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya,
yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu,
melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini,
kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka,
dan belum setahun mereka di kota itu,
mereka kehabisan seluruh uangnya,
dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti
dan tidak sepeserpun uang ada di kantong

Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun
Dalam keadaan panik dan putus asa,
mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya,
dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh...


Saat itu angin Desember bertiup kencang, \
membawa titik-titik air yang dingin
Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu,
sang suami berkata:

"Saya harus meninggalkan kalian sekarang
Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun,
kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini"


Setelah mencium bayinya ia pergi
Dan ia tidak pernah kembali


Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi,
tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika
Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya,
dan bila malam tidur di emperan toko itu

Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,
orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil,
dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya

Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik,
ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja

Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya,
yang kini sudah hampir 2 tahun,
dan tampak amat cantik jelita

Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu
dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka

Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya,
agar ia tidak kemana-mana,
tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi
atau menawarkan gula-gula

Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun
selama ibunya tidak ditempat

"Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu,
dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita"

Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan
Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong,
dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya

Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti...
Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju ke pabrik sepatu,
di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit


Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari,
hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh
Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu,
dan membayar uang muka sewa kamarnya

Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa,
dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota ...

Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru,
membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah dipusat kota

Di situ gadis cilik itu dijual
Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya,
yang tidak pernah bisa punya anak sendiri
walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun

Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona,
dan mereka memanjakannya dengan amat sangat

Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa
Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga,
menulis puisi dan bermain piano
Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas,
dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi

Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya,
dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat

Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita,
yang pandai bermain piano, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya

Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda,
tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih,
yang bernama Geraldo


Setahun setelah pernikahan mereka, ayahnya wafat,
dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan
dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga
dan istana yang paling megah di kota itu

Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27,
sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu
Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi,
dan di laci meja kerja ayahnya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri
Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh,
dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus,
karena walaupun wajahnya dilapisi bedak
tetapi rambutnya tetap kusam

Sesuatu di telinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang
Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu
Kemudian ia membuka lemarinya sendiri,
dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni

Di dalam kotak yang berukiran indah itu
dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya,
dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi

Tapi diantara benda-benda mewah itu
terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil,
sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana,
ringan dan bukan emas murni

Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu
Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, di mana satunya
Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya
Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto

Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya
dan perlahan-lahan air matanya berlinang
Kini tak ada keragu-raguan lagi
bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri

Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya,
yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali

Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanyaannya,
misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya,
kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya..


Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam,
berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada

Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya
tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu

Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu
bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama


Matanya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran:

"Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis,
dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?"


Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna
Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar
dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri

Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu,
Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil..

Ia membentuk yayasan-yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo
dan badan-badan sosial di seluruh negeri
dan mencari data tentang seorang wanita


Bulan demi bulan lewat,
tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya
Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah
Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah..

Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian,
mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka
Kini, tiap kali bermobil,
mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh,
sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik

Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum
sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad


Tetapi ia tahu, entah bagaimana,
bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang
Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali,
dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian

Pagi, siang dan sore ia berdoa:
"Tuhan, ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya:
temukan saya dengan ibu saya"

Tuhan mendengarkan doa itu
Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya
Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu,
sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka


Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu,
yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto
Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan,
sekitar 25 tahun yang lalu

Tidak banyak yang diingatnya,
tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu
dan kemudian menculiknya
Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang,
dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik

Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu
Semalaman Serrafona tidak bisa tidur
Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang,
dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya


Dua hari lewat tanpa kabar
Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja,
mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka

"Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan,
kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya
Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi"


Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi,
dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin
Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam
Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan
Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil,
kemudian masih belok lagi kejalanan berikut nya yang lebih kecil lagi

Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan..
Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu

"Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang"
Ia mulai berdoa

"Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama
Saya akan melakukan apa saja"


Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil,
dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat,
ia berdoa:
"Tuhan beri saya sebulan saja"


Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil,
dan angin yang penuh derita bertiup,
berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka

Ia mendengar lagi panggilan mamanya , dan ia mulai menangis:
"Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak,
cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan "


Ketika mereka masuk belokan terakhir,
tubuhnya menggigil begitu hebat
sehingga Geraldo memeluknya erat-erat

Jalan itu bernama Los Felidas
Panjangnya sekitar 180 meter
dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung
Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko,
tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik,
dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga,
tidak bergerak-gerak


Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya
dan 3 mobil polisi
Di belakang mereka sebuah ambulans berhenti,
diikuti empat mobil rumah sakit lainnya

Dari kanan kiri muncul pengemis-pengemis yang segera memenuhi tempat itu

"Belum bergerak dari tadi"
lapor salah seorang


Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun
Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar,
memburu ibu mertuanya

"Serrafona, kemari cepat!
Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu"


Serrafona memandang tembok dihadapann ya,
dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ
Ia memandang lantai di kakinya
dan ingat ketika ia belajar berjalan
Ia membaui bau jalanan yang busuk,
tapi mengingatkannya pada masa kecilnya
Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu
dan memberinya isyarat untuk mendekat


"Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya,
beri kami sehari...... Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya
dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini
hidup saya amat bahagia....
Jadi mama tidak menyia-nyiakan saya"


Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu ke dadanya
Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling,
ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente,
ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri
ketika ia masih muda

"Mama.. .."
ia mendengar suara itu,
dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam -antara waras dan tidak-
dan tiap hari -antara sadar dan tidak-
kini menjadi kenyataan


Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya
menarik lagi jiwanya yang akan lepas

Perlahan ia membuka genggaman tangannya,
tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam
Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya
ia berbaring di atas jalanan itu
dan merebahkan kepalanya di dada mamanya


"Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari
Mama jangan pergi dulu
Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama
Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya,
apapun bisa kita bicarakan
Mama jangan pergi dulu... Mama...."
ucap serrafona lirih


Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah,
ia berdoa lagi kepada Tuhan:

"Tuhan maha pengasih dan pemberi,
Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja....."


Tapi dada yang didengarnya kini sunyi,
sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu
Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia


jangan sampai menyesali apa yang akan terjadi
sayangilah orangtuamu
hargailah ayah dan ibumu
karena kasih dan sayang mereka padamu
tiada batasnya

Mereka hanya ingin melihat putra-putrinya bahagia
tiada lain yang lebih baik
karena bagi mereka.. kebahagiaan anaknya lah segalanya




salam kasih ...
terima kasih sudah membaca kisah ini ...


***
Referensi :
Rabu, 28 Desember 2005
http://clubbing.kapanlagi.com/threads/4473-Los-Felidas
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar