Sabtu, 03 Mei 2014

Kasih Sayang Ibu Tanpa Batas




~*~  Kasih Sayang Tak Terbatas  ~*~



Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua,
ia hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya

Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk
yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang
Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan:

“Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi,
supaya tidak berbuat dosa lagi
Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”


Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya,
sudah sangat sering ia keluar masuk penjara
karena kejahatan yang dilakukannya


Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa,
namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja untuk diadili
dan dijatuhi hukuman pancung

pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa,
hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa
dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi


Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu
dia menangis meratapi anak yang dikasihinya
dan berdoa berlutut kepada Tuhan

“Tuhan ampuni anak hamba,
biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”


Dengan tertatih-tatih dia mendatangi raja
dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat,
anakknya harus menjalani hukuman

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah
Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni,
dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan
Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan


Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan,
rakyat berbondong-bondong manyaksikan hukuman tersebut
Sang algojo sudah siap dengan pancungnya
dan anak sudah pasrah dengan nasibnya

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua,
dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba
Sampai waktu yang ditentukan tiba,
lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit
dan suasana mulai berisik,
akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng
tapi suara dentangnya tidak ada
Saat mereka semua sedang bingung,
tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah

Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat
Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas
menyelidiki sumber darah

Tahukah anda apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya,
kepalanya yang terbentur di dinding lonceng


Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk
dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung-raung
memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya

Ternyata malam sebelumnya
si ibu dengan susah payah memanjat ke atas
dan mengikat dirinya di lonceng
Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya


sungguh ....
betapa besar kasih seorang ibu kepada anaknya
maka janganlah engkau sekali-kali membuatnya menangis
melawannya, membangkangnya, atau bahkan menjahatinya

Engkau takkan pernah tahu,
apa yang sudah ia lalui.. saat ia mengandungmu
Engkau takkan pernah tau,
berapa banyak yang telah dikorbankannya.. saat ia mengandungmu
Engkau takkan pernah tahu,
seberapa besar ia menjagamu, melindungimu.. saat ia mengandungmu

Sahabatku
jadilah anak yang baik
cintailah kedua orang tuamu
berikanlah perhatian pada mereka
tunjukanlah rasa kepedulianmu pada mereka
mereka takkan pernah meminta apapun kepadamu,
mereka tak mengharapkan apapun darimu

Yang mereka ingin... jelas-jelas hanyalah kebahagiaanmu
mereka tak membutuhkan hal lainnya

tunjukkanlah ...
buktikanlah ...
bila kau memang menyayangi mereka




Salam kebahagiaan untuk setiap kebahagiaan....
Yang tercipta


***
Referensi :
Senin, 08 September 2008
http://ubaiarab.wordpress.com/2008/09/08/cinta-ibu/
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar